Lahan Hunian Sementara Mulai Disiapkan
BENCANA SELAT SUNDA
Lahan Hunian Sementara Mulai Disiapkan
PANDEGLANG, KOMPAS – Memasuki fase transisi darurat, lahan untuk pembangunan hunian sementara bagi penyintas tsunami Selat Sunda mulai disiapkan di sejumlah lokasi di Pandeglang, Banten. Salah satunya di Desa Sukarame, Kecamatan Carita. Lahan yang disiapkan berjarak lebih dari 1 kilometer dari garis pantai.
Dari pantauan Minggu (6/1/2019), lahan seluas 2.000 meter persegi di Kampung Cibenda, Desa Sukarame, Carita tersebut telah diberi pembatas dengan tali. Lahan itu berupa area persawahan yang sudah ditumbuhi rumput liar. “Lahan ini baru diberi tali hari Sabtu,” ucap Halil (45), warga Kampung Cibenda, saat ditemui, Minggu.
Camat Carita Suntama mengungkapkan, pemerintah daerah melalui pejabat desa setempat telah menandatangani perjanjian dengan pemilik tanah atas nama Kasan. Lahan tersebut berada di dataran tinggi dan sebelumnya digunakan para penyintas tsunami Selat Sunda untuk mengungsi. "Tanah tersebut milik perseorangan dengan sistem pinjam pakai selama 1 tahun," kata Suntama.
Bupati Irna Narulita menjelaskan, selain di Carita, pembangunan huntara tujuh kecamatan lain yang terdampak tsunami yakni, Cigeulis, Cimanggu, Labuan, Pagelaran, Panimbang, Sukaresmi, dan Sumur. Di wilayah Sumur, huntara bahkan mulai dibangun dengan bantuan Badan Usaha Milik Negara.
Untuk huntara di daerah lain, Irna mengakui, model dan bentuk huntara masih dibahas oleh Pemkab Pandeglang bersama dengan TNI. Satu unit huntara diproyeksikan berukuran 18 meter persegi dengan anggaran Rp 10 juta per unit.
“Kemarin sudah sempat dibuat modelnya, tetapi masih terlalu mahal yakni Rp 14,5 juta per unit. Kami akan cari model lain agar lebih efisien,” ujar Irna.
Irna menambahkan, huntara yang dibangun berjumlah 1.071 unit sesuai dengan jumlah keluarga yang rumahnya mengalami kerusakan berat dan sedang. Lahan pembangunan huntara dipastikan berjarak 500 meter dari garis pantai jika lahan tidak berbukit.
Menurut Irna, pembangunan huntara akan melibatkan personel TNI di lapangan. Sebanyak 1.071 huntara akan dibangun secara bertahap dan ditargetkan rampung dalam 2,5 bulan. Anggaran pembuatan huntara berasal dari sumbangan BUMN dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Komandan Distrik Militer 0601/Pandeglang Letnan Kolonel (Inf) Nur Heru Wibawa mengakui, personel TNI belum ikut diterjunkan untuk membangun huntara karena pihaknya belum menerima surat tugas dari pimpinan TNI terkait hal tersebut. Meskipun, Heru sudah mendapat informasi bahwa Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah mengajukan permohonan personel kepada Mabes TNI.
“Kami masih menunggu instruksi pimpinan. Adapun personel untuk tanggap darurat sudah ditarik ke markas induk masing-masing,” kata Heru yang juga selaku Koordinator Penanggulangan Tsunami Selat Sunda di Pandeglang.
Berharap cepat selesai
Bainah (35), penyintas tsunami di Desa Sukarame, Carita, berharap, huntara dapat segera selesai dibangun. Dia mengaku ingin dipindahkan ke lokasi lain yang lebih aman dari potensi tsunami susulan. Sebab, dia dan keluarga takut untuk tinggal di tepi pantai. Akibat tsunami Selat Sunda dua pekan silam, rumah Bainah hancur luluh lantak.
Jain (60), pengungsi di Desa Rancateureup, Kecamatan Labuan, mengaku juga berharap huntara segera selesai dibangun. “Di pengungsian, makanan memang tersedia dan aman. Namun, banyak nyamuk. Saya sering kedinginan pada malam hari,” ucap Jain, warga Desa Labuan.
Jain tak mendapatkan selimut. Jika tidak tahan karena kedinginan, Jain pergi ke rumah saudaranya di Desa Labuan, Kecamatan Labuan, untuk menginap. “Saya senang kalau ada huntara. Kalau bisa, perabot dan konsumsi juga tersedia,” tutur Jain. (ILO/PDS/BAY)