Merawat Pohon, Mencegah Bencana
Upaya pemeliharaan pohon secara menyeluruh penting dilakukan guna mengurangi dampak pohon tumbang yang bisa berakibat fatal.
Pohon yang tumbang tidak hanya menimbulkan bencana secara langsung bagi warga Jabodetabek. Hilangnya pohon juga berarti berkurangnya paru-paru ibu kota selain nilai ekonomis.
Awal musim hujan di sebagian Jabodetabek sudah dimulai sejak awal November 2018. Di musim hujan kali ini, kita patut mewaspadai angin kencang.
BMKG menengarai tiga bibit siklon yakni di Laut China Selatan, Teluk Carpentaria Australia (selatan Papua) dan Samudera Hindia. Bibit siklon tersebut menyebabkan penguatan pergerakan udara ke wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek. Dampaknya, kecepatan angin, hujan lebat dan ketinggian gelombang laut potensial meningkat.
Kecepatan angin yang melintas di wilayah Jabodetabek, menurut BMKG, dari 17 Desember 2018 hingga 3 Januari 2019 berkisar dari 5 hingga 30 knot. Kecepatan angin hingga 30 knot, menurut skala, akan menyebabkan seluruh pohon bergerak. Sebaliknya, manusia justru susah bergerak.
Jika pohon dalam kondisi rapuh, angin kencang akan membuat pohon mudah tumbang.
Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menunjukkan, selama November 2018 ada 82 kejadian pohon tumbang dan merupakan kejadian tertinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Pada bulan Oktober ada 12 kejadian, dan September ada 8 kejadian.
Adapun catatan Dinas Kehutanan Jakarta, ada 187 pohon tumbang selama November-Desember 2018.
Data tersebut senada dengan hasil jajak pendapat Kompas akhir Desember lalu. Dalam kurun tiga bulan terakhir, separuh lebih responden melihat ada kejadian pohon tumbang di seputar lingkungan mereka.
Sementara, hampir sepertiga responden lain mengatakan ada bencana banjir dan tanah longsor di sekitar lingkungan hunian mereka.
Fungsi pohon
Munculnya banjir dan tanah longsor sebenarnya juga tak lepas dari dampak berkurangnya pohon, baik karena penebangan untuk pembangunan maupun karena banyaknya pohon yang tumbang.
Akar pohon dewasa dapat menyerap air hingga 100 galon air setiap harinya juga sebagai penyangga partikel tanah yang dapat mengurangi erosi.
Penebangan pohon memang akan mengurangi ancaman pohon tumbang yang dapat menimpa rumah, kendaraan hingga warga yang kebetulan ada dibawahnya.
Namun tumbangnya satu batang pohon menciptakan kerugian dari segi ekonomi dan ekologis.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Henri Perez Sitorus menyebutkan, kehilangan satu pohon dewasa setara dengan kehilangan Rp 17 juta (Kompas, 05/01/2018).
Itu artinya, kerugian akibat 205 pohon tumbang di tahun 2018 senilai Rp 3,48 miliar dan Rp 5,63 miliar di tahun 2017.
Pemprov DKI telah melakukan sejumlah antisipasi mengurangi potensi pohon tumbang. Hingga Desember, Dinas Kehutanan telah menebang 57.226 pohon di seluruh wilayah Jakarta. Selain itu juga telah melakukan penopingan, pemangkasan pohon bagian atas pada sekitar 50.000 pohon.
Sejumlah upaya antisipasi tersebut mendapat apresiasi positif dari hampir dua pertiga warga Jabodetabek. Mulai tahun depan, Dinas Kehutanan akan melakukan pengecekan pada sekitar enam juta pohon di Jakarta. Pengecekan meliputi kesehatan dan kekokohan pohon melalui alat yang disebut USG pohon.
Meski demikan, untuk mengatasi risiko pohon tumbang baru sebatas upaya penebangan dan penopingan saja. Adapun penyebab pohon tumbang bukan hanya karena angin kencang saja.
Pemasangan utilitas kabel dan saluran air serta pembangunan gedung atau jalan juga berkontribusi menyebabkan akar, batang, atau cabang pohon terluka.
Begitu juga teknis penanaman yang tidak tepat, yakni pohon-pohon besar ditanam dangkal dengan pemotongan akar terlebih dahulu.
Pohon yang digunakan sebagai tempat buang air kecil juga menyebabkan akar keropos.
Bagaimanapun, pohon merupakan salah satu komponen ekologis perkotaan yang bisa memberikan berbagai manfaat sebagai peneduh kota hingga mengurangi banjir dan tanah longsor. Kesadaran dan kiprah warga bersama pemerintah dinanti untuk ikut serta memelihara pohon pelindung kota.