JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas pada 2018 mencapai 11 persen. Namun, hingga November 2018, pertumbuhan baru mencapai 150.149 juta dollar AS atau 7,47 persen.
”Saya mau realistis saja, melihat kondisi hingga saat ini, target ekspor nonmigas sebesar 11 persen di tahun 2018 tidak bisa tercapai. Untuk 2018, ekspor nonmigas ada di kisaran 7,5 persen,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Jika dilihat dari neraca perdagangan, pada November 2018 Indonesia defisit 2,047 miliar dollar AS, yang terdalam setidaknya sejak Januari 2014. Kondisi ini menimbulkan kerentanan bagi rupiah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipaparkan Senin (17/12/2018), neraca perdagangan November 2018 defisit 2,047 miliar dollar AS. Dengan demikian, neraca perdagangan Januari-November 2018 defisit 7,515 miliar dollar AS (Kompas, 18 Desember 2018).
Neraca perdagangan Januari-November 2018 defisit 7,515 miliar dollar AS.
Namun, Enggartiasto menyampaikan, capaian tersebut sudah melebihi Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
”Angka 7,5 persen itu sudah di atas dari parameter yang ditetapkan,” kata Enggartiasto.
Lambatnya pertumbuhan ekspor nonmigas disampaikan Enggartiasto salah satunya disebabkan oleh perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Dampak dari perang dagang tersebut turut dirasakan Indonesia.
”Pasalnya, perang dagang memengaruhi daya beli negara-negara mitra. Namun, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan, setiap persoalan pasti ada peluang. Secara sederhana, untuk mengisi kondisi perang dagang, barang yang tidak bisa masuk ke suatu negara, kita akan masuk ke sana,” ujar Enggartiasto.
Tak hanya itu, guna meningkatkan ekspor, Enggartiasto juga menyampaikan akan membuka akses pasar. Baik secara formal melalui bentuk perjanjian maupun melalui misi dagang, yaitu penjualan secara langsung.
”Dalam kaitannya dengan perjanjian ASEAN+ sejak 2015, saat ini sudah terbit peraturan presiden dan sudah masuk entry to force (berlaku). Maka, pada tahun 2019 tentu sudah dapat dimanfaatkan,” kata Enggartiasto.
Untuk memaksimalkan ekspor, Enggartiasto mengatakan, dalam kunjungan membahas perjanjian, pihaknya akan melakukan misi dagang. ”Saya tidak mau hanya ada pembicaraan formal antara Kemendag dan para mitra,” katanya.
Melalui misi dagang, Enggartiasto ingin membawa pengusaha melakukan business forum dan business matching. Harapannya, para pengusaha dapat bertransaksi secara langsung dan membangun bisnisnya. ”Melalui cara ini, keuntungan akan didapat, baik oleh negara mitra maupun para pengusaha Indonesia,” ujarnya. (SHARON PATRICIA)