Budayawan Arswendo Atmowiloto (70) tidak dapat menyembunyikan sembab di kedua matanya ketika keluar dari ruangan bioskop di kawasan Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (5/1/2019) sore. Ia baru selesai menonton film Keluarga Cemara bersama dengan keluarganya dan warga di sekitar rumahnya, lingkungan Mikael, Bintaro.
"Bagus. Awalnya saya mencoba menahan, tetapi lama-lama, ya nangis juga," papar Arswendo, terus terang. Film Keluarga Cemara diadaptasi dari serial televisi dengan judul yang sama, yang ditayangkan tahun 1996 - 2005. Serial televisi itu diangkat dari novel berjudul Keluarga Cemara karya Arswendo. Novel itu diterbitkan pertama kali tahun 1981 oleh Gramedia.
Arswendo, penulis sejumlah buku laris (best seller), mengakui sutradara, penulis skenario, dan artis yang terlibat dalam film Keluarga Cemara bisa mengadaptasi novelnya dengan sangat baik, sesuai kondisi kini, yang sangat berbeda dengan situasi saat novel itu ditulis. Becak, kendaraan milik abah, yang menjadi andalan dalam novel dan serial televisi pun muncul di film kekinian itu dengan "peran" yang tepat.
Arswendo menonton didampingi istrinya, Sri Hartini serta sejumlah anak, menantu, dan cucunya. Pesan dalam novelnya, bahwa keluarga adalah "harta yang paling berharga" pun kuat tergambar dalam film yang dirilis awal Januari 2019 ini. Oleh sebab itu, meskipun agak sakit, Arswendo tetap menemani keluarga besarnya menonton Keluarga Cemara. "Saya tak salah pilih," kata Arswendo lagi, menilai produser dan tim kerja film itu.
Sebenarnya lebih dari 15 tahun lalu tak sedikit kalangan yang meminta izin ingin memproduksi ulang Keluarga Cemara, tetapi Arswendo menampiknya. Kali ini, ia memasrahkannya, dan puas dengan hasilnya.