JAKARTA, KOMPAS - Penguatan indeks harga saham gabungan atau IHSG di tengah pelemahan kinerja pasar keuangan global patut diwaspadai. Bila terlena, dampak dari ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan kembali menekan pasar modal domestik.
Pada perdagangan Senin (7/1/2018), IHSG ditutup pada level 6.287,22 meningkat 0,2 persen atau 12,68 poin dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu. Sepanjang hari ini, IHSG sempat menyentuh level tertinggi yakni 6.354,75 sebelum memasuki jeda perdagangan siang.
Sepanjang tahun berjalan, IHSG alami pertumbuhan 1,5 persen. Kinerja IHSG pada awal tahun ini berada di urutan kedua terbaik di Asia Pasifik. Kinerja IHSG hanya kalah dari indeks PSEi Filipina yang mencatatkan pertumbuhan 4,31 persen sepanjang tahun berjalan.
Kinerja IHSG pada awal tahun ini berada di urutan kedua terbaik di Asia Pasifik
Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial, mengatakan penguatan IHSG di awal tahun ditopang oleh potensi masuknya modal asing akibat tidak begitu kondusifnya pasar global. Pasar Indonesia tampak menarik karena menawarkan potensi imbal hasil yang baik.
Di pasar obligasi, lanjut Janson, imbal hasil surat utang negara 10 tahun mencapai 8 - 8,5 persen, sedangkan inflasi diperkirakan dapat terjaga pada level rendah di kisaran 3,5 - 4,2 persen tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang perdagangan hari ini, investor asing mencatatkan aksi beli bersih mencapai Rp 253,67 miliar. Adapun sepanjang 2019, aksi beli bersih investor asing tercata mencapai Rp 1,187 triliun.
“Namun besarnya dampak dari ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, khususnya Amerika Serikat (AS) dan China, juga akan berdampak negatif pada pasar domestik sepanjang tahun berjalan,” kata dia.
Potensi capital inflow membuat Janson memprediksi sepanjang Januari, IHSG akan berada di zona hijau, meski tidak akan mengalami lonjakan yang signifikan. Untuk menjaga antusiasme investor, emiten perlu menggunakan anggaran belanja modal dengan cermat agar keuntungan investasi semakin menjanjikan.
“Kami memproyeksikan IHSG masih berpotensi mencatatkan return positif pada Januari dengan besaran pertumbuhan tipis. Saat ini IHSG berada dalam posisi overbought dan rentan untuk terkena aksi profit taking,” katanya.
Arus modal berupa valas yang masuk ke Indonesia juga berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah. Berdasarkan kurs nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.105 per dollar AS, menguat 1,71 persen dibandingkan posisi akhir pekan lalu.