PANDEGLANG, KOMPAS — Hari pertama sekolah seusai masa libur semester, kegiatan belajar mengajar di banyak sekolah di wilayah terdampak tsunami Selat Sunda di Pandeglang, Banten, belum normal. Siswa bersama guru sibuk membersihkan sekolah. Selain itu, pihak sekolah dihadapkan pada persoalan banyaknya murid yang belum masuk sekolah.
Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tembong 1, Desa Tembong, Kecamatan Carita, Pandeglang, Banten, misalnya. Ruangan kelas kotor dan berantakan karena sempat dijadikan pengungsian para penyintas bencana tsunami Selat Sunda. Hari pertama sekolah, Senin (7/1/2019), dihabiskan guru dan siswanya untuk gotong royong membersihkan ruang-ruang kelas.
”Pengungsi baru meninggalkan sekolah ini Rabu lalu. Sekarang, kondisi ruangan kelas kotor dan berantakan. Jadi, hari ini kami bersama murid beres-beres dulu,” ujar Kamrah, salah satu guru di SDN Tembong 1.
Sebanyak 63 pelajar dan 8 guru bersama-sama menyapu, mengepel, dan menata meja kursi di kelas yang sebelumnya berantakan. Meskipun ruangan kelas sudah tampak bersih, masih terlihat tumpukan sampah yang ditinggalkan pengungsi di bagian belakang ruangan kelas SDN Tembong 1.
”Sebagian sampah sebenarnya sudah diangkut. Ini tinggal sisanya sebagian,” ucap Kamrah.
Kondisi serupa terlihat di sejumlah sekolah lainnya. Ini seperti di SDN 1 Kalanganyar dan SDN 2 Teluk, SMPN 1 Carita, dan SMAN 15 Pandeglang.
Sama seperti SDN Tembong 1, SMPN 1 Carita dan SDN 1 Kalanganyar juga sempat digunakan sebagai tempat mengungsi warga. Ada sekitar 580 penyintas tsunami dari empat kampung di Desa Sukarame, Kecamatan Carita, yakni Kampung Mataram, Cilurah, Bengras, dan Sambolo.
”Ini baru sebagian yang dibersihkan, Selasa dilanjut lagi karena belum semuanya beres,” kata Wakil Kepala SMPN 1 Carita Rusli.
Sebagian belum masuk
Tak hanya ruang-ruang kelas yang harus dibersihkan, sejumlah sekolah juga dihadapkan pada persoalan masih banyaknya siswa yang belum masuk. Di SDN 1 Kalanganyar, dari sekitar 460 siswa, separuh di antaranya belum masuk sekolah. Sementara di SDN 2 Teluk, dari total 407 murid, 145 murid di antaranya belum masuk.
Kepala SDN 1 Kalanganyar Sanwani mengatakan, masih banyak yang belum masuk sekolah karena mereka masih ikut orangtua-nya mengungsi. ”Kami tidak tahu ke mana orangtua membawa anaknya,” kata Sanwani.
Menurut Kepala SDN 2 Teluk Dedeh Arnawati, mayoritas orangtua murid SDN 2 Teluk bekerja sebagai nelayan. Rumah mereka berada di pesisir sehingga banyak yang kondisinya rusak berat diterjang oleh tsunami. Dengan kondisi itu, anak-anak masih harus mengungsi bersama orangtuanya.
”Belum pasti kapan kegiatan di SDN 2 Teluk kembali normal. Mungkin minggu depan. Semoga Selasa, guru-guru sudah mulai mengajar,” kata Dedeh.
Wakil Kepala SMAN 15 Pandeglang Imam Sidik berharap, pemerintah memasukkan mata pelajaran mitigasi bencana dalam kurikulum mengingat banyak wilayah di Indonesia yang rawan terkena bencana seperti yang dialami oleh masyarakat di pesisir Pandeglang. Dengan demikian, mereka paham apa yang harus dilakukan jika di daerahnya terjadi bencana. ”Kalau dimasukkan jadi mata pelajaran, kan, anak-anak juga ingat terus karena lebih intens,” ucap Imam. (PDS/BAY)