Kegiatan Belajar Tetap Berlangsung di Gedung Rusak
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
RAJABASA, KOMPAS-Siswa-siswa SDN 1 Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung, kembali masuk sekolah, Senin (7/1/2019). Sementara sebagian gedung sekolah masih rusak diterjang tsunami pada 22 Desember lalu.
Doni (9), siswa kelas 3 mengatakan, hari ini adalah jadwal kembali masuk sekolah usai liburan semester sejak 22 Desember lalu. Baginya, sebagian gedung sekolah yang rusak tidak menjadi penghalangnya untuk kembali sekolah.
“Hari ini jadwalnya kembali sekolah. Belajar, ketemu Pak Guru, Bu Guru, dan teman-teman semuanya,” ujar Doni ditemui di sekolahnya, Senin siang.
Pagi itu, kegiatan belajar mengajar belum langsung dimulai. Guru-guru lebih banyak membuat absensi siswa dan bertanya soal kabar siswanya. Selain itu, siswa diminta untuk kerja bakti membersihkan sekolahnya.
Kepala SDN 1 Kunjir Haeruddin menjelaskan, ada dua bagian dari gedung sekolah yang rusak diterjang tsunami yaitu ruang kepala sekolah dan ruang guru. Ruang kepala sekolah kini rata dengan tanah dan ruang guru hancur sebagian dindingnya. Adapun ruang kelas lainnya hanya rusak ringan.
“Ruang kelas hanya rusak ringan jadi masih bisa digunakan total 149 siswa untuk belajar,” ujar Haeruddin.
Selain di SDN 1 Kunjir, siswa di SDN 1 Way Urang, Kecamatan Kalianda juga sudah kembali masuk sekolah. Selama Sembilan hari sebelumnya, gedung SDN 1 Way Urang digunakan puluhan pengungsi dari Pulau Sebuku dan Pulau Sebesi.
Nasib SDN 1 Kunjir, lebih baik dari SDN 2 Kunjir. Dua dari enam ruang kelas SDN 2 Kunjir jebol dindingnya karena diterjang ombak. Kini sekolah yang hanya berjarak 200 meter dari SDN 1 Kunjir itu tidak digunakan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan Thomas Amirico mengatakan, jebolnya ruang kelas membuat SDN 2 Kunjir tidak layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Untuk sementara kegiatan belajar mengajar 92 siswa SDN 2 Kunjir pindah ke gedung SDN 1 Kunjir. Mereka akan menggunakan tiga ruang kelas yang sebelumnya tidak terpakai.
“Ini kondisi darurat. Kami berupaya sebisa mungkin yang penting anak bisa belajar. Jadi kami putuskan untuk sementara digabung dulu,” ujar Thomas yang ditemui saat mengunjungi SDN 1 Kunjir.
Thomas menjelaskan, pihaknya akan mencari lokasi untuk pembangunan gedung baru SDN 2 Kunjir. Ia mengatakan, tidak akan untuk merenovasi dan menggunakan kembali gedung lama sekolah itu. Sebab, bangunan sekolah hanya berjarak sekitar lima meter dari bibir pantai. “Terlalu berisiko untuk siswa,” ujar Thomas.
Apabila tidak ditemukan lahan yang tepat, lanjut Thomas, pihaknya berencana untuk menggabungkan dua sekolah itu secara permanen. Menurut catatan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan, hanya dua sekolah itu yang rusak akibat terjangan tsunami. Selain itu ada total ada 341 siswa yang terdampak tsunami. Jumlah itu merupakan total dari siswa yang kehilangan sekolah, meninggal dunia, luka-luka, ataupun mengungsi.
Sedangkan di SDN 1 Kunjir, Haeruddin mengungkapkan, satu orang siswa SDN 1 Kunjir dan tiga orangtua siswa meninggal dunia. Selain itu, lima orang guru kehilangan rumahnya.