JAKARTA, KOMPAS — Sentimen positif dari luar negeri menjadi stimulus penguatan nilai tukar rupiah, baik di kurs acuan maupun di pasar tunai. Optimisme pelaku pasar pada awal tahun juga menopang pergerakan indeks harga saham gabungan atau IHSG di zona hijau.
Pada perdagangan Senin (7/1/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 14.105 per dollar AS, menguat 1,71 persen dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Sementara itu, di pasar tunai, pada pukul 10.09 WIB rupiah berada di level Rp 14.088 per dollar AS, menguat 1,24 persen dibandingkan akhir pekan lalu.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, mengatakan, pelemahan dollar AS didorong pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, The Fed, Jerome Powell yang mengatakan akan lebih bersabar dalam menaikkan tingkat suku bunga tahun ini.
”Pernyataan tersebut memicu arus modal keluar dari AS yang turut menekan mata uang dollar AS,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Perundingan perdagangan antara AS dan China yang berlangsung pada 7-8 Januari di Beijing, China, lanjut Mikail, semakin menekan dollar AS. Hal ini membuat sentimen positif dari dalam negeri, seperti penegasan sikap Bank Indonesia (BI) dalam menjaga nilai tukar, cukup berdampak positif pada penguatan rupiah.
”BI kembali menegaskan akan tetap mengarahkan kebijakan moneter untuk lebih prostabilitas demi menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah,” kata Mikail.
Menurut Mikail, sepanjang pekan ini, rupiah masih memiliki kesempatan bergerak positif, terlebih jika kondisi global terus mendukung pelemahan dollar AS. Beberapa waktu lalu, Presiden Donald Trump sempat melontarkan pernyataan ingin memecat Powell karena kebijakan yang diambilnya tidak sejalan dengan semangat mendorong pertumbuhan ekonomi AS.
Dampak positif penguatan nilai tukar rupiah juga menjalar pada persepsi investor di pasar modal. IHSG pada hari ini dibuka menguat 43,08 poin atau 0,69 persen di level 6.317,62. Indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan juga menguat 10,76 poin atau 1,07 persen ke level 1.012,40.
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, memperkirakan pergerakan IHSG pada awal pekan kedua 2019 diprediksi masih akan positif. Kemungkinan tersebut masih akan didukung sejumlah sentimen positif dari dalam negeri.
”Investor antusias dan merespons positif data cadangan devisa yang akan segera dirilis Bank Indonesia. Penguatan diperkirakan masih akan berlanjut apalagi jika didukung dengan penguatan nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Pada penutupan akhir pekan lalu, IHSG tercatat ditutup pada level 6.274,54 atau menguat 0,86 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Dalam sepekan kemarin, bursa indeks acuan mampu mencatatkan penguatan sebesar 1,36 persen.
Sepanjang perdagangan hari ini, Reza memprediksi IHSG masih akan menguat. Selain data cadangan devisa yang diprediksi akan mengalami kenaikan, rilis data penjualan kendaraan roda empat juga diperkirakan bisa memberikan sentimen positif, terutama bagi saham di sektor industri otomotif.