SUKABUMI, KOMPAS - Meski satu korban belum ditemukan, status tanggap darurat bencana tanah longsor di Sukabumi telah resmi dihentikan pada Minggu (6/1/2019).
Status tanggap darurat bencana yang ditetapkan di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dihentikan pada Minggu (6/1/2019). Warga diminta tetap waspada karena potensi longsor susulan masih tinggi.
Komandan Resor Militer 061/Suryakancana Kolonel Muhammad Hasan mengatakan, pencarian dihentikan seiring selesainya masa tanggap darurat bencana yang berlangsung sejak Senin (31/12/2018). Hasilnya, dari 33 korban yang diperkirakan hilang, 32 di antaranya telah ditemukan.
Hasan mengapresiasi kinerja petugas dan sukarelawan yang telah menemukan hampir semua korban. Ia menyebutkan, keberhasilan evakuasi ini mencapai 97 persen.
Pada saat yang sama, ia juga memohon maaf karena pencarian tidak dapat menemukan semua korban. Selain karena masa tanggap bencana telah berakhir, medan pencarian juga dinilai berat. ”Banyak material keras seperti batu-batu alam menghalangi kinerja petugas dan menguras stamina,” katanya.
Korban yang belum ditemukan adalah Rukesih (31), anak perempuan Aryanah (55). Aryanah adalah korban terakhir yang ditemukan di dalam rumahnya yang tertimbun di ketinggian 7 meter, Minggu, sekitar pukul 09.00, Rukesih diduga berada tidak jauh dari lokasi jenazah Aryanah. Namun, hingga pencarian berakhir pukul 17.30, Rukesih belum ditemukan.
”Hasil rapat internal Basarnas, Kepolisian, TNI, aparat desa, dan keluarga korban memutuskan untuk menghentikan pencarian. Keluarga telah merelakan korban,” kata Hasan.
Yadi (36), keluarga korban, ikhlas saudaranya, Rukesih, tidak dicari karena masa tanggap darurat telah berakhir. Dalam bencana tersebut, Yadi yang tinggal di Kampung Adat Ciptagelar ini kehilangan lima anggota keluarganya. ”Terima kasih kepada para petugas untuk bantuannya,” ujarnya.
Retakan anyar
Meski tanggap darurat dinyatakan berakhir, ancaman longsor susulan masih rentan terjadi. Pada Minggu, muncul retakan anyar pada lereng bekas longsor. Warga diminta terus waspada.
”Kondisi lereng masih labil. Longsor kecil beberapa kali terjadi. Lereng yang retak menjadi rawan longsor saat diguyur hujan,” ujar Deden Supendi (30), warga Kampung Garehong.
Kampung Garehong masih ditutupi tanah longsor setebal lebih dari 4 meter. Selain tanah, banyak batu berdiameter hingga 2 meter menimpa permukiman warga. Di lereng bekas longsor juga terlihat banyak batu. Lokasi retakan lereng berada di atas batu-batu itu.
”Warga belum berani mendekati lereng. Warga juga masih takut ke sawah walaupun lahan garapannya tidak terdampak longsor,” ujarnya.
Sejumlah rumah yang tidak terdampak longsor juga ditinggalkan penghuninya. Mereka mengungsi ke rumah kerabat di kampung tetangga karena masih trauma. Salah satunya adalah Tandi (32), penyintas yang sempat tertimbun longsor setinggi 1,5 meter. Dia mengungsi di rumah keluarganya dan berharap direlokasi ke tempat yang lebih aman.
”Kalau harus kembali ke lokasi rumah semula, saya tidak berani. Kampung ini sebaiknya dipindahkan. Namun, perlu kesepakatan bersama dari semua warga,” ujarnya.
Kepala Desa Sirnaresmi Iwan Suwandri mengatakan, tempat untuk relokasi belum ditentukan. Keputusannya akan dimusyawarahkan bersama para korban selamat.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, relokasi warga tidak jauh dari tempat saat ini dan masih berada di area Taman Nasional Gunung Halimun.(TAM/RTG/BOW/KEL)