BANJARNEGARA, KOMPAS -- Berdasar Katalog dalam Peta Gempa Nasional 2017, di wilayah Jawa Tengah didapati tujuh sesar aktif yang sudah teridentifikasi. Meski laju gesernya termasuk paling kecil dibanding sesar-sesar lain di Indonesia, potensi kegempaan perlu diwaspadai untuk meminimalisasi risiko bencana.
Tujuh sesar aktif itu adalah Baribis-Kendeng, Ajibarang, Merapi-Merbabu, Muria, Pati/Lasem, Ungaran-1 (sesar geser), dan Ungaran-2 (sesar naik). Lokasi sesar-sesar aktif yang telah terkonfirmasi di Jawa Tengah sebagian besar berada pada wilayah utara.
"Sesar Baribis-Kendeng merupakan gugusan yang terpanjang, memanjang dari timur Jawa Barat bagian utara hingga Jawa Timur. Sesar naik ini terbagi menjadi beberapa segmen dan melewati daerah-daerah di Jawa Tengah mulai dari Brebes (panjang patahan 22 km), Tegal (panjang patahan 15 km), Pemalang (panjang patahan 9 km), Pekalongan (panjang patahan 16 km), Semarang (panjang patahan 34 km) hingga Demak (panjang patahan 31km)," papar Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie, Senin (7/1/2019).
Kemudian terdapat Sesar Lasem memanjang dari Demak-Kudus-Pati dengan panjang patahan 69 km bertipe patahan naik. Selanjutnya sesar Muria bertipe patahan normal sepanjang 28 km. Di bagian tengah, terdapat sesar Ajibarang sepanjang 20 km bertipe patahan geser, sesar Merapi-Merbabu bertipe patahan geser sepanjang 28 km, serta sesar Ungaran-1 sepanjang 17 km bertipe patahan geser dan sesar Ungaran-2 sepanjang 20 km yang merupakan sesar normal.
Setyoajie mengatakan, jika dibandingkan dengan sesar-sesar aktif di Indonesia, sesar-sesar di Jawa khususnya di Jawa Tengah termasuk yang paling kecil laju gesernya. Nilai laju geser sesar di Jawa Tengah berkisar 0,1 - 4,5 mm/tahun. Bandingkan dengan sesar Palu-Koro di Sulawesi berkisar 20-40 mm/tahun dan sesar-sesar di Sumatera 10-20 mm/tahun. "Akibatnya, aktivitas kegempaan yang ditimbulkan oleh sesar-sesar aktif di Jawa Tengah tergolong rendah," katanya.
Jika merujuk hasil analisis yang terangkum dalam Buletin Gempa Bumi dan Tsunami Tahun 2018 yang dirilis Stasiun Geofisika Banjarnegara, lanjut Setyoajie, tercatat 87 guncangan gempa terjadi di Jawa Tengah, di mana hanya ada satu kasus kejadian gempa yang diakibatkan oleh sesar aktif terkonfirmasi (sesar Lasem).
"Selebihnya sebanyak sepuluh kasus kejadian gempa bumi dangkal di darat diakibatkan oleh patahan lokal yang belum terkonfirmasi termasuk gempa bumi merusak Kalibening yang terjadi pada 18 April 2018,” ujarnya.
Informasi tersebut, kata Setyoajie, bagian dari fakta bahwa masih banyak patahan-patahan mikro yang tersebar di Jawa Tengah yang belum terkonfirmasi (didapatkan parameter geometri, laju geser, magnitudo maksimal, dll). Perlu penelitian lebih lanjut lintas disiplin ilmu (analisa kegempaan, pengamatan GPS, studi geologi, geomorfologi. dll) agar data sumber kegempaan semakin baik.
“Hal terpenting dan tidak akan sia-sia untuk dilakukan adalah memahami konsep evakuasi mandiri dalam proses mitigasi dan potensi bencana gempa bumi khususnya di daerah tempat kita tinggal. Dengan demikian resiko bencana dapat diminimalisasi,” pungkasnya.