PANDEGLANG, KOMPAS – Erupsi Gunung Anak Krakatau tetap perlu diwaspadai karena aktivitas vulkanik masih tinggi. Sejak status dinaikkan menjadi Siaga pada 27 Desember 2018, Anak Krakatau meletus puluhan kali dalam sehari. Masyarakat dilarang mendekat dalam radius 5 kilo meter dari kawah.
Berdasarkan rekaman seismogram, petugas Pos Pemantauan Gunung Api Anak Krakatau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pasauran, Anyer, Kabupaten Serang, Banten, mencatat adanya 46 kali erupsi Anak Krakatau, pada Selasa (8/1/2019) dari pukul 00.00 hingga 18.00. Asap kawah teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi mencapai 1.000 meter.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Kristianto mengatakan, Gunung Anak Krakatau belum menunjukkan penurunan aktivitas erupsi. “Hembusan asap yang sebelumnya terus-menerus sekarang muncul sekali-sekali. Tapi, tremor masih terjadi. Fase erupsi menunjukkan aktivitasnya masih tinggi,” ujar Kristianto, di Pos Pemantauan Gunung Api Anak Krakatau, Pasauran, Serang, Selasa sore.
Adapun pada Senin (7/1/2019), data pos pengamatan PVMBG menunjukkan adanya 60 kali erupsi Anak Krakatau. Kondisi berbeda Anak Krakatau terpantau pada Minggu (6/1/2019) yang tercatat 33 kali erupsi. “(Erupsi) memang fluktuatif, tetapi aktivitas masih intensif,” kata Kristianto.
Kristianto mengakui, dengan status masih Siaga atau Level III, masyarakat dilarang beraktivitas mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah. Adapun warga yang berada di pesisir Banten maupun Lampung dipastikan aman.
Sebab, Kristianto memastikan, berdasarkan pengamatan PVMBG, kecil kemungkinan terjadi tsunami akibat aktivitas erupsi Anak Krakatau. “Karena sekarang Anak Krakatau hanya setinggi 110 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jadi kecil kemungkinan terjadi tsunami akibat erupsi,” ucap Kristianto.
Pada Selasa (8/1/2019), tidak terdengar dentuman dari erupsi Anak Krakatau. Namun, Kristianto menegaskan, lontaran material pijar, aliran lava dan awan panas Anak Krakatau perlu diwaspadai. “Tapi, produk-produk erupsi itu hanya terdapat di sekitar Anak Krakatau,” tutur Kristianto.
Zona waspada
Adapun zona waspada dengan jarak 500 meter dari garis pantai di pesisir Pandeglang masih berlaku. Masyarakat masih bisa beraktivitas di pantai namun harus menjaga kewaspadaan. Jarak itu ditetapkan dengan pertimbangan jangkauan tsunami yang terjadi pada akhir Desember lalu.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang Teguh Rahayu mengatakan, jangkauan tsunami pada 22 Desember 2018 silam di pesisir Pandeglang mencapai 300-400 meter dari pantai. Jangkauan itu teramati di Tanjung Lesung, Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Sumur.
Menurut Teguh Rahayu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih menetapkan zona waspada dengan radius 500 meter dari garis pantai sejalan dengan status Gunung Anak Krakatau yang masih siaga. Pada zona waspada, masyarakat tetap dapat berkegiatan di pantai tetapi tetap perlu waspada. “Itu bukan zona larangan. Kalau zona larangan, kita tak boleh masuk,” ucap Teguh Rahayu yang biasa disapa Ayu.