YOGYAKARTA, KOMPAS - Jarak luncur guguran lava masih berada di dalam zona bahaya yang telah ditetapkan. Warga yang tinggal di luar radius 3 kilometer dari puncak belum perlu mengungsi.
Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terus mengeluarkan guguran lava. Meski demikian, aktivitasnya belum meningkat signifikan.
Kubah lava yang tumbuh di puncak gunung berstatus Waspada (level II) itu juga masih stabil. Laju pertumbuhannya tergolong rendah. ”Belum ada peningkatan aktivitas di Merapi,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, Senin (7/1/2019), di Yogyakarta.
Berdasarkan data BPPTKG, pada Senin pukul 00.00-18.00 terjadi 23 kali guguran di Merapi. Salah satunya berlangsung pukul 04.50, yang terekam kamera pemantau Posko Induk Balerante 907 yang dikelola sukarelawan dan masyarakat di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Guguran lava pijar Merapi mengarah ke hulu Sungai Gendol di Sleman, DIY.
Sebelumnya, Sabtu (5/1) pukul 20.45, Merapi juga mengeluarkan guguran lava. Menurut data BPPTKG, jarak luncuran guguran lava pada Sabtu malam itu sejauh 500 meter dan mengarah ke hulu Sungai Gendol.
Pada Jumat lalu, pukul 21.01, terjadi pula guguran lava. BPPTKG menyebut guguran lava ini mengarah ke hulu Sungai Gendol dengan jarak luncuran 1,2 kilometer. Sesudah guguran lava itu, hujan abu tipis singkat dilaporkan terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kemalang, Klaten, serta Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Belum berbahaya
Hanik menyatakan, frekuensi guguran di Merapi saat ini bisa belasan atau puluhan kali per hari. Sebagian besar guguran mengarah ke dalam kawah di puncak Merapi. Sebagian lagi mengarah ke hulu Sungai Gendol. Guguran ke arah hulu Sungai Gendol itulah yang teramati masyarakat.
Jumlah guguran di Merapi saat ini tergolong rendah dibandingkan tahun 2006. Jelang erupsi 2006, guguran Merapi bisa ratusan kali per hari.
Guguran di Merapi saat ini juga belum membahayakan masyarakat di sekitar gunung itu. Jarak luncur guguran masih berada dalam zona bahaya yang ditetapkan, yakni radius 3 km dari puncak. Rekomendasi BPPTKG, radius 3 km harus dikosongkan.
Guguran lava terjadi terkait tumbuhnya kubah lava di puncak gunung. Sejak 11 Agustus 2018, Merapi mengalami pertumbuhan kubah lava baru, yang menandai dimulainya fase erupsi magmatik efusif atau tak disertai ledakan.
Di Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Magelang menyiapkan 454.800 masker untuk mengantisipasi terjadinya hujan abu sebagai dampak guguran lava Merapi. (HRS/EGI)