CIREBON, KOMPAS – Pemanfaatan peluang ekonomi yang besar dari sektor pariwisata di Kota Cirebon, Jawa Barat, butuh perbaikan. Selain penataan kawasan yang belum ideal, kota dengan tiga keraton itu belum memiliki agenda wisata untuk menggaet para turis.
“Wisatawan kerap mengeluhkan, Cirebon semrawut. Tempat parkir tidak banyak tersedia. Beberapa kawasan juga kumuh. Cagar budaya pun terbengkalai. Padahal, pariwisata diwacanakan menjadi unggulan menggerakkan perekonomian masyarakat,” ujar pegiat pariwisata dan budaya Cirebon Mustaqim Asteja, Senin (7/1/2019).
Kondisi itu tercermin saat memasuki Kota Cirebon dari arah Jakarta. Tempat pembuangan sementara (TPS) langsung menyambut siapa saja yang datang. Bahkan, di TPS Krucuk tepat berada di samping Taman Krucuk, salah satu destinasi wisata lokal.
Kendaraan yang parkir sembarangan serta kekumuhan juga tampak sebelum memasuki Keraton Kanoman. Pasar yang berada di depan keraton itu belum tertata ideal. Saat hujan, jalanan masih becek. Selain Kanoman, terdapat Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan yang usianya mencapai ratusan tahun dan menjadi potensi wisata di kota seluas 37 kilometer persegi itu.
Kawasan kota tua yang pernah menjadi pusat pemerintah kolonial juga belum tergarap. Beberapa cagar budaya di daerah itu, seperti Gedung Bundar, beberapa kali terkena aksi vandalisme. Polusi debu batubara dari truk yang melintas juga mengotori jalan menuju kawasan itu.
“Pemkot belum serius menggarap pariwisata di Cirebon. Bahkan, pemandu turis juga belum disiapkan,” ujar Mustaqim.
Kami baru akan membuat agenda wisata.
Mustaqim menilai, Pemkot harus membuat langkah strategis untuk membenahi pariwisata Cirebon. Caranya, antara lain, membuat Destination Management Organisation yang mengelola pariwisata, mulai dari membuat peraturan daerah yang mengatur tentang pariwisata hingga detail masalah lebih kecil.
Potensinya, kata Mustaqim, sangat besar karena fasilitas akomodasi dan penginapan telah tersedia di Cirebon. Hotel, misalnya, lebih dari 100 unit. Jalan Tol Cikopo-Palimanan dan jalur kereta api juga mempercepat waktu tempuh wisatawan ke Cirebon. Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Majalengka yang berjarak tempuh sekitar 1 jam dari Cirebon pun telah beroperasi.
Kondisi itu kontras dengan keinginan Pemkot Cirebon yang menargetkan jumlah wisatawan meningkat dari sekitar 1,5 juta menjadi 2 juta orang tahun 2019. Jumlah tersebut sama dengan kunjungan wisatawan tahun 2018 di Kabupaten Kuningan, tetangga Cirebon.
“Fokus utama di tahun pertama pemerintahan kami ialah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu, kami memiliki program Cirebon Bersih, Cirebon Tertib dan Cirebon Hijau. Trotoar di jalan protokol, seperti Jalan Kartini dan Jalan Wahidin, misalnya, dipermak dan diperlebar. Kami juga berencana menutup sejumlah TPS di pusat kota,” ungkap Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis, setelah rapat membahas realisasi visi-misi wali kota dan wakil wali kota Cirebon di Kantor DPRD Kota Cirebon, Senin.
Rapat yang dihadiri Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati dan sejumlah anggota dewan itu berlangsung tertutup untuk media. Rapat juga membahas perkembangan program 100 hari Azis-Eti yang dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Cirebon pertengahan Desember lalu.
Menurut Azis, Kota Cirebon memiliki potensi pariwisata besar. Di kota seluas 37 kilometer persegi itu terdapat tiga keraton, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Keraton Kacirebonan yang telah berusia ratusan tahun. Keraton itu juga dikenal sebagai tempat berkumpulnya wali sanga, sembilan tokoh penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Meski demikian, lanjut Azis, pihaknya belum membuat kalender acara 2019 yang memuat agenda pariwisata selama satu tahun. Padahal, dalam satu tahun kepemimpinannya ke depan, Azis berjanji akan fokus menggarap pariwisata.
“Kami baru akan membuat agenda wisata. Bentuknya bisa berupa festival yang menampilkan kekayaan sejarah dan budaya Cirebon,” ujar Azis.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Asep Dedi menambahkan, pihaknya terus mengevaluasi kebersihan Kota Cirebon setiap hari untuk menarik minat wisatawan. Dari target pendapatan asli daerah 2019 sebesar Rp 179 miliar, sekitar Rp 75 miliar atau 42 persen ditargetkan berasal dari sektor pariwisata, yakni hiburan, hotel dan restoran.
“Pariwisata menjadi motor penggerak perekonomian di sini. Satu wisatawan yang datang ke Cirebon saja menghabiskan sekitar Rp 1 juta per hari. Sektor kuliner dan toko oleh-oleh juga terdampak,” ujar Dedi.