Inisiatif Melawan Plastik Bermunculan
Sejumlah ritel di Jakarta berinisiatif mengurangi bahkan meniadakan keresek atau kantong plastik sekali pakai. Dengan konsistensi, program-program tersebut berhasil mengurangi penggunaan plastik hingga mengubah gaya belanja konsumen.
Di gerai-gerai Super Indo, kasir akan terlebih dahulu bertanya apakah sang konsumen membawa kantong belanja sendiri atau tidak. Kasir juga akan menginformasikan konsumen yang membawa kantong belanja sendiri akan memperoleh uang kembali (cashback) sebesar Rp 200 untuk belanja minimal Rp 50.000 dan berlaku untuk kelipatannya.
Gerai-gerai Super Indo juga menyediakan kardus gratis serta tas belanja ramah lingkungan yang harganya terjangkau. Kantong plastik baru akan disediakan sebagai pilihan terakhir saat konsumen tetap menginginkan tetapi dengan membayar Rp 200 per kantong.
Program bernama polluters pay principle, bring your reusable bag, get cash back ini sudah berlaku di Jakarta dan semua cabang Super Indo sejak 2016 sesuai dengan rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengurangi kantong plastik.
Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Lion Super Indo Yuvlinda Susanta mengatakan, meskipun hanya Rp 200 per kantong, program itu sudah membuat konsumen untuk berpikir dan beralih pada kemasan ramah lingkungan.
”Saat pertama diterapkan, memang masih banyak pertanyaan. Tetapi kami tetap konsisten menjalankan dan ternyata cukup berhasil,” katanya di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Yuvlinda mengatakan, program ini sudah bisa mengurangi penggunaan kantong plastik di Super Indo lebih dari 50 persen. Sebelum adanya program ini, penggunaan rata-rata kantong plastik di Super Indo 2,7 sekali transaksi. Saat ini rata-rata penggunaan kantong plastik bisa ditekan hingga 0,8 kantong plastik per transaksi.
Artinya, banyak konsumen Super Indo yang beralih membawa sendiri kantong belanja ramah lingkungan atau memilih menggunakan kardus.
”Kunci keberhasilan ini pertama adalah komunikasi harus konsisten dan ada program yang memotivasi konsumen serta memberi opsi lain. Dan yang terpenting ada dukungan pemerintah,” katanya.
Produsen dan gerai kosmetik The Body Shop menerapkan program tanpa kantong plastik sejak sekitar tahun 2000. Semua kantong belanja dari gerai The Body Shop berbahan kertas daur ulang.
”Biaya produksi kantong kertas memang lebih mahal, tetapi semakin lama semakin banyak orang yang sadar dan permintaan semakin tinggi,” kata Public Relations and Social Media Manager The Body Shop Indonesia Ratu Maulia Ommaya.
Tak hanya itu, The Body Shop juga mempunyai program daur ulang untuk kemasan kosong sejak 2008. Konsumen yang mengembalikan kemasan kosong akan memperoleh insentif berupa poin yang saat terkumpul bisa ditukarkan dengan pengurangan harga.
Ratu mengatakan, tak hanya mengurangi sampah plastik, program-program itu juga untuk mengedukasi konsumennya untuk mengurangi sampah plastik. Respons konsumen pun semakin lama semakin banyak yang mengembalikan kemasan kosong meskipun belum mencapai 50 persen.
Untuk daur ulang kemasan, The Body Shop bekerja sama dengan komunitas daur ulang sampah. Kemasan-kemasan plastik itu akan dipilah, dicacah, dan didaur ulang menjadi produk lain sehingga mengurangi sampah kemasan plastik dari The Body Shop ke tempat pembuangan sampah akhir.
Toko lain yang sudah menerapkan konsep tanpa sampah adalah Toko Saruga di Bintaro Sektor 1, Jakarta Selatan, yang menjual bahan pangan, perawatan tubuh, dan kebutuhan lain. Toko ini hanya melayani pembelian secara curah atau tanpa kemasan.
Adi Asmawan (45), pengelola Toko Saruga mengatakan, respons masyarakat melebihi dugaan semula. Hal ini mengindikasikan sebagian warga Jakarta yang sebenarnya sudah siap untuk mengurangi produksi sampah rumah tangga.
”Awalnya kami menduga konsumen yang datang hanya dari komunitas yang memang sudah sadar dengan gaya hidup tanpa sampah ini. Tetapi ternyata banyak warga dari luar komunitas datang, bahkan ada yang awalnya juga tidak tahu mengenai konsep belanja tanpa sampah ini,” katanya.
Adi mengatakan, toko yang dibuka sejak 15 November 2018 itu didirikan karena adanya kesadaran selama ini sektor ritel adalah sektor yang paling kurang tersentuh program pengurangan sampah. ”Persiapan kami tiga tahun. Kendala pertama adalah meyakinkan produsen untuk melepas kemasannya,” katanya.
Sosialisasi tetap jalan
Kendati sudah ada beberapa program yang cukup berhasil, hingga saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum mengesahkan peraturan gubernur tentang kantong belanja ramah lingkungan. Kendati aturan belum disahkan, sosialisasi ke masyarakat masih berlangsung.
Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya Arief Nasrudin mengatakan, sosialisasi soal kantong belanja ramah lingkungan ini sudah dilakukan di beberapa pasar tradisional, salah satunya di Kramatjati.
Sosialisasi baru dilakukan melalui kuesioner dan dialog (talkshow), belum sampai pada pemasangan spanduk.
Menurut Arief, proses sosialisasi yang dinilai paling penting adalah untuk masyarakat yang masih terbiasa memperoleh kantong plastik dari pedagang. Untuk itu, sosialisasi ditargetkan akan berlangsung selama enam bulan sejak Januari.
Pihaknya juga tengah menyiapkan penyediaan kantong belanja alternatif, seperti kantong belanja yang bisa digunakan berulang, baik tas anyaman maupun tas kain, serta kantong plastik ramah lingkungan (kantong plastik yang bisa terurai). Saat ini desain tengah disiapkan.
”Nanti kami kerja sama dengan pihak ketiga saja, tetapi tak menutup kemungkinan nanti kami juga akan tawarkan pada pedagang-pedagang,” ujarnya.
Menurut Arief, pola yang tengah dirancang adalah menyediakan alternatif kantong pengganti kepada para pedagang, baik membeli dari pihaknya maupun dari pihak lain yang memang sesuai standar ramah lingkungan.