DAMASKUS, SELASA — Pasukan Demokratik Suriah (SDF), pasukan oposisi Suriah yang beraliansi dengan tentara Amerika Serikat, mematahkan serangan balik kelompok militer Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS di garis depan Lembah Eufrat, Minggu (6/1/2019). Namun, perjuangan mematahkan serangan NIIS itu harus menelan korban, 23 tentara SDF meninggal.
NIIS melancarkan serangan dengan harapan bisa merebut kembali benteng pertahanan terakhir mereka di kawasan timur Suriah.
Dikutip dari Daily Mail, kelompok NIIS sengaja memanfaatkan cuaca ekstrem untuk menyerang. Dengan kondisi tersebut, jarak pandang SDF untuk menangkal serangan NIIS terbatas. Tak hanya itu, dengan jarak pandang yang terbatas, Angkatan Udara AS tak dapat menyerang milisi NIIS.
”Kejadian berlangsung sepanjang malam hingga Senin pagi,” kata Direktur Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah Rami Abdel Rahman, Selasa (8/1/2019). Kendati demikian, NIIS dilaporkan gagal merebut wilayah itu.
Sebelumnya, SDF telah intens menyerang milisi NIIS. Serangan dimaksudkan sebagai langkah terakhir untuk menghancurkan NIIS.
Tarik pasukan
Dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih, Minggu, Presiden AS Donald Trump tetap pada keputusannya untuk menarik sekitar 2.000 anggota pasukan AS di Suriah. Alasannya, AS telah sukses menghancurkan NIIS.
”Presiden Trump tidak mengubah pandangannya, di mana tujuan utama adalah untuk memastikan keamanan pasukan AS dan negara sekutu,” kata Juru Bicara Gedung Putih Mercedes Schlapp.
Trump dan Presiden Perancis Emmanuel Macron telah berdiskusi mengenai rencana penarikan pasukan AS dari Suriah secara terkoordinasi dan berhati-hati. Penarikan pasukan itu dapat memakan waktu berbulan-bulan. Selain itu, diskusi juga membahas komitmen kedua negara untuk menghancurkan NIIS.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menambahkan satu syarat baru dalam penarikan pasukan AS dari Suriah. Syarat itu adalah Turki harus sepakat melindungi sekutu AS, milisi Kurdi di Suriah. Pasalnya, milisi Kurdi sering membantu AS dalam memerangi NIIS. Sebaliknya milisi tersebut dianggap sebagai musuh oleh Turki. (AFP/REUTERS)