Sepekan terakhir, pemberitaan penumpukan sampah di Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, ramai. Sampah plastik dominan menutup badan kali yang terbentang antara Desa Setyamulya dan Pahlawan Setia. Pemangku kepentingan dari tingkat desa sampai kabupaten saling lempar penyebab penumpukan sampah sepanjang sekitar 500 meter itu.
Kali Pisang Batu melewati tiga desa di Kecamatan Tarumajaya, yaitu Setia Asih di bagian selatan (hulu), Setiamulya di bagian barat, dan Pahlawan Setia di bagian timur dan selatan (hilir). Aliran kali sepanjang sekitar 2,5 kilometer bermuara ke laut melalui Pantai Makmur.
Senin (7/1/2019), Kompas menelusuri Kali Pisang Batu melihat proses pembersihan dan pengerukan sampah yang sedang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Lingkungan Hidup sejak Sabtu. Penumpukan sampah telah terjadi mulai dari bagian kali yang berada di Setia Asih.
Penumpukan sampah di lokasi tersebut tidak semasif di Pahlawan Setia. Namun, mulai dari bantaran kali sampai badan kali bertebaran sampah plastik, baik keresek, kemasan makanan dan minuman, serta wadah plastik. Sampah itu merupakan buangan dari permukiman penduduk di sekitaran aliran kali ataupun kiriman aliran kali dari Kota Bekasi.
Ketika musim hujan tiba dan hujan intensitas tinggi mengguyur, sampah dari bantaran kali masuk ke badan kali. Lantas, sampah-sampah akan mengalir sepanjang aliran Kali Pisang Batu sebelum bermuara ke laut.
Kepala Desa Pahlawan Setia Zainal Abidin menyebutkan, Kali Pisang Batu nyaris mati akibat pendangkalan karena endapan sampah dan lumpur. Badan kali juga penuh eceng gondok dan rumput liar.
Pemkab Bekasi mulai mengeruk sampah pada medio November 2018. Saking banyaknya sampah dan keterbatan personel, pengerukan itu tidak maksimal.
”Bendungan buatan warga sekitar untuk menyaring sampah juga turut andil menyebabkan penumpukan sampah,” ujarnya.
Tidak ada TPA
Dua tumpukan sampah masing-masing sepanjang 30-40 meter berada di sisi kiri Jembatan Kali Pisang Batu dan beberapa meter arah ke hulu. Sementara tumpukan lainnya sepanjang sekitar 150 meter tertahan di bendungan warga yang berjarak 550 meter dari jembatan.
Tebal tumpukan sampah di sungai berlebar 15 meter itu berkisar 30-50 sentimeter. Air kali berwaran hitam pekat dan aromanya menyengat karena endapan sampah telah bercampur lumpur.
Jika dilihat sepintas, bendungan memang efektif menahan laju sampah. Namun, ceceran dan tumpukan sampah dalam jumlah kecil masih ada di sepanjang aliran kali setelah bendungan. Warga sekitar telah menjadikan bantaran kali sebagai tempat pembuangan sampah.
Heri (45), warga Setyamulia, mengatakan, sampah dibuang sembarangan adalah hal yang lumrah. Di sekitar permukiman tidak terdapat tempat penampungan sampah. Selain itu, warga kebingungan harus membuang sampah ke mana.
Di sekitar permukiman tidak terdapat tempat penampungan sampah. Selain itu, warga kebingungan harus membuang sampah ke mana.
Perkataan Heri terbukti. Banyak tumpukan dan tebaran sampah di area permukiman sekitaran Kali Pisang Batu. Ruang-ruang kosong diijadikan tempat sampah. Tidak sedikit sampah yang dibiarkan begitu saja, sisanya ditimbun ataupun dibakar.
Tumpukan dan tebaran sampah seolah sudah menjadi pemandangan lumrah di area Kali Pisang Batu dan permukiman di sekitarnya. Sampai-sampai, pinggiran jalan umum pun dimanfaatkan sebagai tempat sampah. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)