"Indonesia Services Hub" Akan Tingkatkan Kandungan Lokal
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) akan menjadi koordinator Indonesia Services Hub yang menggarap pasar perawatan pesawat dan turbin industri. Indonesia Services Hub menyatukan semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha BUMN yang bergerak di bidang perawatan dan perbaikan pesawat.
"Tujuan dibuatnya Indonesia Services Hub ini untuk mensinergikan kapabilitas dan fasilitas yang ada sehingga bisa meningkatkan kandungan lokal dalam perawatan pesawat," kata Direktur Utama GMF, Iwan Joeniarto, usai penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Indopelita Aircraft Services (IAS) di kantor pusat GMF, di Tangerang, Rabu (9/1/2019).
Menurut Iwan, Indonesia Services Hub menjadi semacam holding, tetapi tidak menjadi entitas sendiri. Semua perusahaan berdiri sendiri dengan entitasnya masing-masing, tetapi mereka saling bersinergi, saling meningkatkan kapasitas dan berbagi pasar perawatan.
"Perawatan propeler pesawat atau baling-baling, misalnya, dikerjakan oleh Merpati Maintenance Facility (MMF) di Indonesia bagian timur. Sedangkan untuk di Indonesia bagian barat dilakukan oleh IAS. Untuk bisa bersinergi, maka GMF akan mendukung semua mitra untuk mendapatkan pengakuan dari badan standar internasional seperti EASA dari Uni Eropa," jelas Iwan.
Indonesia Services Hub (ISH) terdiri dari GMF, MMF, IAS, PT Nusantara Turbin dan Propulsi, serta PT Dirgantara Indonesia (Persero). Saat ini muatan lokal dalam perawatan pesawat sudah mencapai 50 persen, yakni dihitung dari sumber daya manusia.
"ISH hanya akan mengambil pasar perawatan yang memerlukan tenaga manusia dalam jumlah besar dan frekuensinya tinggi. Efek dominonya adalah meningkatkan lapangan kerja," ujar Iwan.
Apabila sinergi sudah berjalan baik, kapasitas dan kompetensi sudah setara dan diakui oleh badan dunia, maka pasar yang diraih diharapkan semakin besar. Dengan demikian, pemilik pesawat tidak perlu lagi merawat pesawatnya di luar negeri sehingga devisa negara bisa dihemat. Bahkan, kalau bisa, ISH mendatangkan devisa karena merawat pesawat milik negara lain.
Sementara itu, soal kerja sama dengan IAS, GMF akan bekerja sama dalam perawatan pesawat dan mesin turbin yang digunakan oleh industri pengeboran minyak dan pembangkit tenaga listrik. "Mesin turbin untuk industri hampir sama dengan mesin turbin untuk pesawat. Kami akan bekerja sama untuk menggarap pasar dan juga mengerjakannya," kata Iwan.
Direktur Utama IAS, Sabar Sundarelawan mengatakan, pasar perawatan turbin sangatlah besar. "Biaya operasional keseluruhan untuk Pertamina Hulu saja sudah mencapai Rp 45 triliun setiap tahunnya. Kalau untuk perawatan dan perbaikan turbin diambil 10 persennya saja, sudah cukup besar. Padahal, turbin juga digunakan Pertamina untuk bagian refinery dan juga hilir. Jadi sangatlah besar," kata Sabar.
Selama ini, perawatan turbin dilakukan Pertamina di luar negeri. Apabila GMF dan IAS bisa bekerja sama merawat turbin, devisa yang dihemat sangat besar. "Kelebihan dari kami adalah Pertamina boleh melakukan penunjukkan langsung untuk perawatan kepada anak usaha. Jika perawatan ini dilakukan kepada kami, tentu potensi pendapatan akan sangat besar. Setiap tahun minimal ada 40 turbin yang dirawat untuk Pertamina Hulu," ujar Sabar.