Mandatori B-30 Biodiesel Didorong Segera Diterapkan
Oleh
Hamzirwan Hamid
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Sejumlah pihak terus mendorong agar pencampuran biodiesel dari minyak sawit mentah ke dalam solar dengan kadar kandungan biodiesel 30 persen atau B-30 segera diterapkan. Meski demikian, penerapan B-30 harus harus tetap memperhatikan sektor hulu.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor mengatakan, total produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia mencapai 42 juta ton per tahun. Dari produksi tersebut, sebanyak 36 juta ton diserap pasar dalam negeri dan diekspor ke sejumlah negara seperti China, India, Eropa, dan Amerika Serikat.
“Ada kelebihan stok CPO sekitar 6 juta ton. Pemerintah perlu membuat kebijakan agar kelebihan ini segera terserap pasar domestik melalui biodiesel sehingga sebaiknya peningkatan menjadi B-30 segera diterapkan,” kata Tumanggor dalam diskusi “Sawit Bagi Negeri” di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Sepanjang tahun 2018, pemanfaatan B-20 sebanyak 4,02 juta kiloliter mampu menghemat devisa negara sekitar 2 miliar dollar AS (Kompas, 9/1/2019). Pemerintah mempercepat program kewajiban pencampuran biodiesel ke dalam solar yang merambah ke seluruh sektor, yakni pelayanan publik (PSO) dan non-PSO per 1 September 2018.
Program ini juga bertujuan mengurangi defisit perdagangan sektor minyak dan gas bumi. Tahun depan, pemerintah menargetkan penghematan devisa sebesar 4 miliar dollar AS dari kebijakan ini (Kompas, 21/12/2018).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono menegaskan hal senada. Menurut dia, biodiesel adalah solusi untuk mengurangi impor minyak.
“Kita maju terus,” kata Joko, yang mendukung penuh kebijakan mandatori B-30 tersebut.
Joko melanjutkan, biodiesel sebagai upaya pemerintah mengerem impor BBM dan meningkatkan penyerapan produksi CPO nasional tetap membutuhkan peta jalan. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat bisa menjadikan peta jalan sebagai acuan sekaligus panduan untuk meningkatkan investasi biodiesel.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Andriah Feby Misna, mengatakan, uji jalan B-30 akan dilakukan pada bulan Maret mendatang.
Sedikitnya ada tiga perusahaan industri otomotif yang terlibat, antara lain Toyota dan Mitsubishi. Jarak tempuh uji jalan sepanjang 60.000 kilometer naik sekitar 20.000 km dari uji jalan B-20.
“Pada Oktober akan dievaluasi seperti apa hasilnya. Apabila dinyatakan berhasil, akan dilanjutkan pembahasan revisi SNI biodiesel dan implementasi B-30,” kata Misna.
Manfaat untuk petani
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abetnego Tarigan, memaparkan, luas lahan sawit di Indonesia mencapai 14 juta hektar. Sekitar 40 persen dari luas perkebunan kelapa sawit Indonesia merupakan milik petani. Dia berharap, program mandatori biodiesel B-30 juga berdampak positif terhadap petani sawit.
“Ketika produk petani berujung pada energi, apa dampaknya pada petani? Kalau hitungan bisnisnya seperti menanam cabai, sebenarnya tidak ada yang berubah dengan kehidupan mereka.” Kata Abetnego.
Agus Kismanto, staf Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menyatakan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani di Kalimantan Timur saat ini Rp 670 rupiah per kilogram. Dalam hitungannya, petani yang punya lahan 2 hektar maksimal hanya memperoleh pendapatan Rp 28 juta setahun atau sekitar Rp 2 juta per bulan.
“Masa petani yang punya aset dan punya risiko, gajinya cuma segitu? Padahal dia punya kebun,” kata Agus.
Peneliti Traction Energy Asia, Ricky Harry Amukti, berpendapat, industri biodiesel bermasalah di tingkat hulu. Menurut dia, pemerintah perlu mengevaluasi sisi keekonomian B-20 yang sudah diterapkan maupun B-30 yang akan direncakan pada 2020. “Apakah biodiesel menguntungkan petani swadaya atau hanya perusahaan besar?” kata dia.
Di saat bersamaan, kata dia, harga TBS kelapa sawit di tingkat petani rendah sekali. Pada saat bersamaan, produksi TBS petani melimpah.
“Di Sanggau, Kalimantan barat, petani bahkan kesulitan untuk menjual TBS,” kata Ricky. (INSAN ALFAJRI)