JAKARTA, KOMPAS - Penggunaan uang elektronik di 2019 diprediksi semakin meningkat menyusul pertumbuhan ruas jalan tol dan meningkatnya pengguna kendaraan umum di Ibu Kota. Peningkatan transaksi uang elektronik ini diyakini akan memberi efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data sistem pembayaran Bank Indonesia (BI), nilai transaksi uang elektronik periode Januari-November 2018 mencapai Rp 41,25 triliun. Nilai ini meningkat 297 persen dari total nilai transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 10,41 triliun.
Senior Executive Vice President Consumer and Transaction Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jasmin, di Jakarta, Rabu (9/1/2018), mengatakan sepanjang tahun lalu, 94 persen dari total frekuensi transaksi uang elektronik berbasis uang elektronik berbentuk kartu atau e-money, dilakukan di sektor transportasi.
“Mayoritas transaksi digunakan untuk pembayaran jalan tol seperti ruas tol Trans Jawa, tol Bali Mandara, ruas tol Medan-Kualanamu serta ruas tol Ujung Pandang Seksi 1 dan 2,” katanya.
Sepanjang 2018, Bank Mandiri telah mendistribusikan 16,4 juta keping kartu e-money dengan nilai transaksi mencapai Rp 13,4 triliun. Tahun ini, Mandiri memprediksi distribusi kartu e-money bisa tumbuh 30 persen, dengan pertumbuhan nilai transaksi mencapai 60 persen.
“Pemberlakukan transaksi uang elektronik untuk seluruh ruas jalan tol tahun ini akan meningkatkan volume penggunaan serta nilai transaksi e-money,” ujar Jasmin.
Senior Executive Vice President Consumer and Transaction Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Jasmin.Ditemui di tempat terpisah, Kepala Divisi Retail Payment PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk, Arif Wicaksono memaparkan, 90 persen penggunaan e-money BRI, Brizzi, sepanjang 2018, dilakukan di gerbang tol.
Nilai transaksi Brizzi sepanjang Januari hingga Oktober 2018 mencapai Rp 4,2 triliun, melampaui target yang dipasang di awal tahun hingga Desember, sebesar Rp 3 triliun. Adapun jumlah kartu Brizzi yang beredar di masyarakat, mencapai 14 juta keping.
Tahun ini, BRI memang belum memasang target untuk Brizzi. Namun, bila melihat capaian di 2018 serta pertumbuhan ruas jalan tol, Arif memperkirakan nilai transaksi bisa tumbuh dua kali lipat pada 2019.
Selain Mandiri dan BRI, Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia (Persero) Tbk, Jan Hendra, mengatakan, nilai transaksi e-money BCA, yaitu kartu Flazz, juga meningkat signifikan. Sejak Januari hingga September 2018, nilai transaksi menggunakan Flazz mencapai Rp 2,6 triliun atau tumbuh lebih dari 300 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Tahun ini, Hendra pun optimistis penggunaan Flazz akan semakin besar. Selain adanya penambahan ruas tol, juga karena penggunaan kendaraan umum di Ibu Kota, seperti jaringan bus transjakarta dan KRL, yang kian masif.
“Kontribusi dari transaksi dengan Flazz masih akan ditopang oleh sektor transportasi sebagai salah satu fasilitas publik, selain transaksi retail di food and beverage, rekreasi, dan toko buku,” ujarnya.
Deputi Direktur Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) Bank Indonesia, Rahmi Artati, meyakini transaksi uang elektronik akan memberi efek domino positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Sirkulasi uang di dalam negeri akan meningkat dengan terbangunnya cashless society. Kemudian, perputaran uang yang semakin cepat akan merangsang kegairahan dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Apalagi dalam aturan BI, kepemilikan saham investor asing pada perusahaan penerbit uang elektronik dibatasi maksimal sebesar 49 persen. Adapun kepemilikan saham investor lokal dibatasi BI minimal 51 persen.
Salah satu hambatan dari penetrasi uang elektronik yang perlu dipecahkan, menurut Rahmi, adalah minimnya akses isi ulang, terutama untuk lokasi di luar ibu kota provinsi.
“Untuk masyarakat di kota besar tidak ada masalah, tapi channel keberadaan fisik ini penting untuk masyarakat di daerah. Perbankan perlu lebih gencar memperluas jaringan agar meningkatkan jangkauan masyarkat,” ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya memperluas jaringan dan layanan isi ulang, Bank Mandiri mencoba bersinergi dengan PT Pos Indonesia (Persero). Dengan sinergi ini, pemilik kartu e-money Mandiri dapat mengisi ulang di jaringan outlet millik Kantor Pos.
Direktur Keuangan Pos Indonesia Eddi Santosa menjelaskan, saat ini jumlah outlet besar yang dioperasikan Kantor Pos mencapai 4.800 unit. Di luar itu, terdapat 24.500 agen pos yang terkoneksi dengan Kantor Pos secara daring.
“Artinya hampir 30.000 jaringan outlet kami melayani isi ulang e-money Mandiri. Kerja sama ini membuat masyarakat akan lebih mudah melakukan berbagai transaksi dalam one stop service,” kata Eddi.
Bank Mandiri pun akan menempatkan mesin pembaca e-money di loket-loket kantor pos di seluruh Indonesia. Khusus mulai 9 Januari hingga 31 Januari 2019, layanan isi ulang e-money di loket kantor pos tidak akan dibebani biaya administrasi. Baru setelah itu, akan dikenai biaya administrasi, Rp 1.500 per transaksi.