Turki Minta Pangkalan AS
Amerika Serikat dan Turki terus mengoordinasikan rencana penarikan pasukan AS dari Suriah. AS terutama mengupayakan keselamatan sekutunya, milisi Kurdi Suriah, dari serbuan Turki.
ANKARA, SELASA Turki meminta Amerika Serikat menyerahkan seluruh pangkalan militernya di Suriah. Permintaan itu bagian dari perundingan penarikan pasukan AS di Suriah.
Wakil Kepala Dewan Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Turki Ibrahim Kalin menyampaikan hal itu kepada Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton. Kalin dan Bolton bertemu pada hari Selasa (8/1/2019) di Ankara, Turki.
AS mengoperasikan 22 pangkalan di Suriah. Pangkalan- pangkalan itu didirikan selama perang melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Nasib pangkalan tersebut tidak jelas di tengah rencana AS mundur dari Suriah.
Turki meminta pangkalan itu diserahkan kepada Ankara atau dihancurkan. Turki tidak mau pangkalan-pangkalan tersebut diserahkan kepada milisi Kurdi Suriah, YPG. Bagi AS, mereka sekutu dalam perang melawan NIIS. Namun, bagi Turki, mereka bagian dari kelompok teroris dan harus dihancurkan. Turki melancarkan aneka serangan ke basis-basis Kurdi di Suriah utara sejak bertahun-tahun lalu.
Nasib YPG menjadi pertimbangan AS sebelum mundur dari Suriah. Alasan utama Bolton menyambangi Kalin adalah untuk meminta garansi keselamatan bagi YPG. Tidak ada kejelasan apakah Bolton dan Kalin bersepakat.
Keraguan Kurdi
Kurdi menjadi pihak paling galau oleh keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan dari Suriah. Salah seorang tokoh Kurdi Suriah, Badran Ciya Kurd, mengatakan, tidak ada informasi soal perubahan posisi AS dan perkembangan terakhir. ”Kami tidak pernah diberi tahu secara resmi. Kami hanya mendengar dari media,” katanya.
Bolton dinilai Ciya Kurd mengetahui Turki membunuhi Kurdi. Karena itu, Bolton meminta pembunuhan itu tak terjadi lagi. ”Turki membawa ancaman lebih besar bagi keberadaan Kurdi dibandingkan NIIS dan semua organisasi teroris internasional,” ujar Ciya Kurd.
Kepala Kajian Kurdi Eropa Nawaf Khalil mengatakan bahwa pernyataan Trump soal penarikan pasukan AS memicu kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap AS. Sementara Bolton disebut berusaha memperbaiki hal yang tidak seharusnya diungkap.
Pujian Erdogan
Sementara Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan memuji sekaligus memperingatkan Trump. ”Presiden Trump mem- buat keputusan tepat untuk mundur dari Suriah. Penarikan (pasukan) AS, bagaimanapun juga, harus direncanakan secara hati-hati dan dikoordinasikan dengan pihak yang tepat untuk melindungi kepentingan AS, kepentingan komunitas internasional, dan masyarakat Suriah,” tulisnya.
”Turki, yang memiliki tentara terbesar kedua di NATO, satu-satunya negara dengan kekuatan dan komitmen untuk hal itu. Pelajaran dari Irak, di mana kelompok teror ini (NIIS) lahir, pernyataan menang secara terburu-buru dan tindakan ceroboh telah menghasilkan lebih banyak masalah dibandingkan yang diselesaikan. Langkah pertama adalah membentuk pasukan penjaga stabilitas yang terdiri atas seluruh milisi dari berbagai kelompok masyarakat Suriah. Hanya lembaga yang beragam bisa melayani seluruh warga Suriah dan membawa ketertiban kepada seluruh negara,” tulisnya.
Secara terpisah, Gedung Putih kembali menegaskan, Trump tak akan mengubah keputusan soal Suriah. ”Tujuan utama (penarikan pasukan) untuk menjamin keamanan pasukan dan sekutu kami. Karena itu, Departemen Pertahanan akan menyusun rencana operasional untuk menarik pasukan secara aman. Butuh waktu menarik pasukan karena kami mau mereka aman,” kata juru bicara Gedung Putih, Mercedes Schlapp. (AP/REUTERS/RAZ)