Rabu (9/1/2018) dini hari, bagian belakang rumah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif dimolotov orang tidak dikenal. Bom molotov terbakar di atap garasi dan meninggalkan noda gosong pada dinding pagar rumahnya.
Rumah Laode terletak di kawasan permukiman Jalan Kalibata Selatan, Jakarta Selatan. Rumahnya memiliki dua sisi, bagian depan dapat diakses melalui kompleks perumahan Polisi Militer Angkatan Darat, sementara bagian belakang diakses melalui Jalan Raya Pasar Minggu dan merupakan kawasan perkampungan.
Sistem pengamanan di area bagian depan rumah Laode relatif aman karena masuk area kompleks perumahan. Terdapat sebuah portal akses masuk-keluar dan penjagaan oleh satuan pengamanan (satpam). Akan tetapi, bagian belakang yang masuk kawasan kampung dapat diakses 24 jam dan tidak dijaga oleh petugas satpam ataupun warga dengan sistem keamanan lingkungan.
”Kalau kompleks sini ada pengamanan portal dan ada enam petugas satpam yang keliling. Nah, kalau bagian belakang rumah Pak Laode itu masuk kampung, jadi sepi,” kata salah satu warga kompleks, Kunto Joko (45).
Anang Suryana (49), warga kompleks, menyebutkan, secara berkala ada petugas dari KPK yang datang untuk mengecek situasi sekitar kediaman Laode. Petugas itu akan melihat situasi sekitar lalu memotret beberapa kali. Selain itu, ada juga patroli berkala dari Kepolisian Sektor Pancoran.
Minim pengamanan
Ketiadaan pengamanan khusus di rumah Laode diduga memudahkan pelaku teror untuk melempar bom molotov ke rumah itu. Apalagi, pada bagian belakang rumah yang masuk perkampungan tidak ada petugas keamanan ataupun penjagaan warga dengan sistem keamanan lingkungan. Selain itu, kawasan kampung tidak dilengkapi kamera pemantau (CCTV).
Agus Sutrisno (36), warga sekitar kampung, menyebutkan, tidak ada pengamanan khusus di rumah Laode. Setelah terjadi pelemparan bom molotov, warga sekitar baru mengetahui bahwa ada pejabat KPK yang tinggal di lingkungannya.
”Sehari-hari biasa saja. Tidak ada petugas keamanan yang berjaga selama 24 jam di sekitar rumah ataupun kampung,” ujar Agus
Makmun Azhari (58), ketua RT di kawasan tersebut, mengatakan, ketika malam hanya ada beberapa pemuda yang nongkrong di warung kopi tidak jauh dari rumah Laode.
Ulul Azmi (24), salah seorang warga kompleks yang sering nongkrong di warung kopi bersama pemuda lainnya, mengatakan, biasanya mereka nongkrong di warung kopi sampai dini hari, sekitar pukul 01.00. Mereka nongkrong sembari memantau situasi dan lalu lalang orang di kompleks.
”Semalam (8/1/2019) tidak ada gerak-gerik orang yang mencurigakan. Kami nongkrong sampai pukul 01.00 (9/1/2019), tetapi tidak melihat ada orang mencurigakan. Hanya ada warga sekitar yang lalu lalang untuk membuang sampah,” kata Ulul.
Pantauan di lokasi, rumah yang baru ditempati Laode sekitar tiga tahun itu tidak dilengkapi pos pengamanan, baik di bagian depan maupun belakang rumah. Jarak warung tempat pemuda kampung nongkrong dengan rumah setidaknya 250 meter. Jalan kampung dapat diakses 24 jam dan tidak ada CCTV di area kampung.
Rumah yang baru ditempati Laode sekitar tiga tahun itu tidak dilengkapi pos pengamanan, baik di bagian depan maupun belakang rumah.
Polisi masih terus mendalami teror pelemparan bom molotov yang menimpa pimpinan KPK. Polisi tengah memeriksa rekaman CCTV dari rumah Laode dan mengamankan sebotol cairan berwarna biru. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY/FRANSISCA NATALIA)