Prediksi awal tahun Bank Dunia, bahwa terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi global pada 2019, menjadi peringatan bagi Indonesia untuk bekerja lebih keras.
Bank Dunia dalam laporan semi-tahunan berjudul ”Langit Menjadi Mendung” (Darkening Skies) yang terbit Selasa waktu setempat menyebutkan, perekonomian global diprediksi melambat menjadi 2,9 persen dari 3 persen pada tahun lalu.
Perlambatan terjadi karena ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, melambat cukup dalam, masing-masing menjadi 2,5 persen dari 2,9 persen dan 6,2 persen dari 6,5 persen. Sementara negara berkembang tumbuh 4,2 persen dari 4,7 persen.
Bank Dunia mengingatkan negara-negara berkembang untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi kemungkinan gejolak nilai tukar dan naiknya suku bunga pinjaman.
Bagi Indonesia, prediksi Bank Dunia seyogianya menjadi peringatan kewaspadaan, mengingat kita mengalami defisit transaksi berjalan, tahun ini diharapkan turun menjadi 2,5 persen. Bulan November 2018 perdagangan kita mengalami defisit terdalam sejak 2014. Di tengah berbagai tantangan itu, APBN 2019 mematok pertumbuhan ekonomi 5,3 persen.
Untuk mencapai pertumbuhan itu dan mempersempit defisit transaksi berjalan, pemerintah pada Selasa (8/1/2019) mengeluarkan lagi dua kebijakan untuk meningkatkan daya saing ekspor. Kebijakan itu adalah mengurangi biaya ekspor dan mendorong komoditas unggulan setelah tahun lalu menjalankan kebijakan penyederhanaan perizinan, membuat izin usaha terintegrasi secara elektronik, insentif pajak, dan program vokasi. Lima komoditas ditetapkan sebagai andalan ekspor, yaitu tekstil, alas kaki, otomotif, makanan dan minuman, serta elektronik.
Kita mendukung langkah pemerintah mendorong ekspor dan mengurangi impor melalui peningkatan industrialisasi. Insentif fiskal berupa keringanan pajak sudah diberikan, sementara Bank Indonesia melalui berbagai kebijakan terus berupaya menjaga inflasi dan nilai tukar rupiah.
Langkah tersebut perlu diikuti dengan terus membuka pasar baru dan meningkatkan perjanjian perdagangan yang saling menguntungkan dengan negara-negara tujuan. Pemerintah juga perlu memfasilitasi pengembangan riset dan teknologi untuk melahirkan inovasi, dari hulu hingga hilir berbagai komoditas berpotensi ekspor, terutama yang telah diunggulkan.
Pada jangka menengah dan panjang harus ditumbuhkan wirausaha ekspor melalui lingkungan yang mendukung, mulai dari peraturan yang jelas dan konsisten, bantuan kredit, hingga pelatihan. Ini berlaku untuk jenis usaha yang bersifat konvensional maupun digital karena kita memiliki kekuatan pada masing-masing jenis industri.
Pengalaman selama ini memperlihatkan, tantangan besar kita bukanlah pada melahirkan kebijakan, melainkan pada koordinasi antarlembaga dan antara pusat dan daerah serta konsistensi dalam menjaga dan melaksanakan kebijakan.