Pada akhirnya, reformasi logistik akan bermuara pada efisiensi. Tidak hanya soal kepraktisan sistem kepabeanan di pelabuhan, tetapi juga turut melibatkan perbaikan pada sektor yang fundamental. Salah satu hal fundamental tersebut adalah sistem infrastruktur jalan menuju kawasan industri.
Sistem jalur logistik yang teratur dan efisien belum terlihat setidaknya saat mengikuti perjalanan truk kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara menuju kawasan industri di Karawang Jawa Barat, Kamis (10/1/2019). Akses saat mulai memasuki pelabuhan menjelang pukul 12.00 WIB, sempat macet karena penumpukan truk menuju ke terminal untuk bongkar muat.
Rusdi (29) salah seorang sopir truk mengaku baru merasa lega setelah sekitar 20 menit berjibaku dalam kerumunan kendaraan itu. Ia akan menuju ke gudang bongkar muat di kawasan industri Karawang, Jawa Barat.
Rusdi tidak pernah merasa terhambat karena soal bongkar muat dan perizinan. Secara sistem, butuh sekitar 30 menit untuk mengurusi bongkar muat hingga keluar pelabuhan. Satu-satunya hal yang menghambatnya yaitu kemacetan di jalur tol.
Rusdi yang mulai keluar pelabuhan sekitar pukul 12.30 WIB, memasuki Gerbang Tol Kebon Bawang untuk menuju Gerbang Tol Tanjung Priok. Adanya Tol Kebon Bawang, menurut dia, cukup untuk mengalihkan kepadatan. Walau setelah itu, kemacetan jadi menumpuk di gerbang berikutnya.
Memasuki Tol Tanjung Priok, lalu lintas sempat terhambat karena ada dua truk yang mogok di tol. Hal itu setidaknya membuat laju kendaraan tertahan selama 20 menit.
Jalan tol kemudian sempat lancar, sampai akhirnya memasuki kawasan Tol Cikampek. Di kawasan ini, terjadi penumpukan kendaraan di beberapa titik, seperti di kilometer 5, 14, dan 16.
Kemacetan itu setidaknya membuat macet sepanjang 9 kilometer. Truk Rusdi berada di kemacetan tersebut hingga lebih dari satu jam.
"Menuju simpang Cikunir hingga ke Cikampek biasanya memang setiap hari macet begini," kata Rusdi.
Kemacetan tersebut sebagian besar dipengaruhi pengerjaan proyek Jalan Tol Layang Jakarta Cikampek. Selain itu, lajur 1 dan 2 jalan tol juga tidak cukup rata dibanding lajur 3 dan 4 untuk mendahului.
Kondisi seperti itu tampak hampir di sepanjang jalur. Hal ini pun yang sering kali membuat truk dan bus terkadang memotong ke lajur 1 dan 2.
Dengan sejumlah hambatan tersebut, Rusdi baru sampai ke Kawasan Industri Karawang sekitar pukul 16.00 WIB. Hal itu pun disyukuri, karena bila ia terlambat tiba pukul 17.00 saat pabrik tutup, ia harus menginap untuk menunggu bongkar muat esok pagi.
Berbeda
Kondisi jalan yang lebih macet itu dinilai Rusdi berbeda saat tahun 2017. Jalan Tol Cikampek dari Simpang Cikunir lebih macet karena jalurnya menyempit pada proyek pengerjaan Tol Layang Jakarta-Cikampek.
Tahun 2018, Indeks kerja logistik Indonesia dinilai membaik oleh Bank Dunia. Hal ini dinilai dari efisiensi bea dan cukai, kualitas logistik, ketepatan waktu, serta infrastruktur perdagangan dan transportasi (Kompas, 26/7/2018).
Senin (7/1/2019) lalu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memberlakukan sistem manifes generasi III. Sistem ini dilakukan untuk mempersingkat proses pengurusan seluruh dokumen dengan berbasis daring.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmadja Lookman menilai, sistem manifes tersebut merupakan pencapaian yang baik, terutama bagi pesawat dan kapal barang. Namun, hal itu tidak terlalu berpengaruh bagi truk.
Ia juga mengatakan, pemerintah semestinya lebih fokus pada upaya pengurangan biaya logistik. Hal itu lebih penting daripada mengejar kenaikan indeks logistik yang sifatnya semu.
Mengenai hal itu, ia menunggu penyelesaian proyek tol lingkar luar Jakarta jilid II (JORR II). Proyek ini juga dapat mengurangi volume truk yang melalui jalur tol dari dalam kota.
"Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan efisiensi lebih baik lewat penggunaan jalan tol Trans Jawa," kata Lookman. (ADITYA DIVERANTA)