Sejumlah Strategi Disiapkan untuk Meningkatkan Ekspor
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas tumbuh 7,5 persen dibandingkan tahun lalu atau menjadi 175,9 miliar dollar AS. Sejumlah strategi dilakukan melalui misi dagang, perjanjian internasional, dan peningkatan beberapa komoditas utama.
”Untuk mencapai target ekspor nonmigas tersebut, ada beberapa hal yang harus diantisipasi di lingkup global, termasuk pelambatan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada pengurangan daya beli masyarakat setiap negara,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Enggartiasto menyampaikan hal itu disampaikan dalam acara konferensi pers awal tahun 2019. Lebih lanjut, ia menyampaikan perekonomian global akhir-akhir ini melambat 3,7 persen, termasuk Amerika Serikat (2,5 persen), Jepang (0,9 persen), dan China (6,2 persen).
Guna meningkatkan ekspor, Enggartiasto mengatakan akan membuka akses pasar. Baik secara formal melalui bentuk perjanjian maupun melalui misi dagang, yaitu penjualan secara langsung.
”Dalam kaitannya dengan perjanjian ASEAN+ sejak 2015, saat ini sudah terbit peraturan presiden dan sudah masuk entry to force (berlaku). Maka, pada tahun 2019 tentu sudah dapat dimanfaatkan,” kata Enggartiasto.
Selain itu, dalam kunjungan membahas perjanjian, Enggartiasto juga akan melakukan misi dagang. ”Saya tidak mau hanya ada pembicaraan formal antara Kemendag dan para mitra,” katanya.
Melalui misi dagang, Enggartiasto ingin membawa pengusaha untuk melakukan business forum dan business matching. Harapannya, para pengusaha dapat bertransaksi secara langsung dan membangun bisnisnya.
”Melalui cara ini, keuntungan akan didapat baik oleh negara mitra maupun para pengusaha Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya itu, pada 2019, Enggartiasto menargetkan untuk menyelesaikan 12 perjanjian perdagangan internasional. Ada perjanjian dagang preferential trade agreement (PTA) antara Indonesia dengan Mozambik, Tunisia, Maroko, dan Iran.
”Ada juga comprehensive economic partnership agreement (CEPA) antara Indonesia dengan Turki, Korea, dan Uni Eropa, serta perjanjian lainnya. Saya yakin melalui perjanjian-perjanjian ini, nilai ekspor Indonesia akan meningkat,” kata Enggartiasto.
Sementara itu, upaya peningkatan ekspor juga terkait dengan lima kebijakan yang diumumkan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Keuangan. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan, tiga kebijakan ekspor sudah terimplementasi sejak 2018.
”Tiga kebijakan tersebut adalah perbaikan iklim usaha melalui sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik (online single submission/OSS), fasilitas insentif perpajakan, program vokasi,” kata Darmin.
Hal ini disampaikan dalam paparan Proyeksi Ekonomi 2019 pada 8 Januari 2019. Menurut Darmin, tahun ini kebijakan difokuskan pada penyederhanaan prosedur untuk mengurangi biaya ekspor dan pemilihan komoditas unggulan. Pengurangan biaya ekspor ditempuh dengan mengatasi masalah krusial ekspor, yaitu logistik (Kompas, 9 Januari 2019).
Terkait kebijakan tersebut, Enggartiasto menyampaikan, strategi Kementerian Perdagangan adalah dengan mendukung peningkatan ekspor beberapa komoditas utama, khususnya yang memiliki nilai tambah. Misalnya, furnitur dan otomotif.
”Selain itu, harga komoditas nonmigas diperkirakan menguat, antara lain crude palm oil (CPO), karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, barang tambang seperti aluminium, tembaga, nikel, dan timah naik. Peningkatan diperkirakan antara 0,3 persen dan 3,9 persen,” kata Enggartiasto. (SHARON PATRICIA)