Xi Dukung Denuklirisasi, Pertemuan Kedua Kim dan Trump Dinanti
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
BEIJING, KAMIS - Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jon Un, telah tiba kembali di Pyongyang, Kamis (10/1/2018) dini hari, dari lawatan dua hari efektif ke Beijing untuk bertemu Presiden Xi Jinping. Lawatan itu merupakan yang keempat sejak Kim pertama kali bertemu Xi, Maret 2018.
Dalam kunjungan dua hari sejak tiba Selasa (8/1) pagi di China, yang merupakan sekutu utama dan mitra dagang penting Korut, Kim disambut Xi hangat dengan jamuan makan dan pertunjukan seni. Dialog terkait perdamaian, denuklirisasi, dan persiapan pertemuan lanjutan dengan Trump berlangsung satu jam.
Kantor berita Xinhua, media resmi China, Kamis ini, melaporkan, Kim mendapat dukungan kuat dari Xi untuk melakukan pertemuan kedua dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pertemuan pertama dengan Trump sudah dilakukan pada pada Juni 2018 di Singapura.
Kim mendapat dukungan kuat dari Xi untuk melakukan pertemuan kedua dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Xi menyokong penuh pertemuan lanjutan Korut dan AS untuk menyelesaikan kerisauan masing-masing melalui sebuah dialog damai. Presiden China itu akan memainkan “peranan positif dan konstruktif” demi perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Pertemuan Xi dan Kim yang terpaut usia 30 tahun itu, layak ayah dan anak. Merujuk laporan Xinhua, Xi tampaknya sepakat dengan Trump yang menginginkan perdamaian dan kawasan bebas senjata nuklir di Semenanjung Korea. Itu sebabnya Xi mendukung pertemuan berikutnya Kim dengan Trump.
Perjalanan ke China kali ini diyakini bertepatan dengan dengan hari ulang tahun ke-35 Kim. Kim juga sempat mengunjungi sebuah pabrik farmasi yang khusus memproduksi obat-obatan China.
Menurut catatan Kompas, Kim tiga kali (bukan dua kali seperti dilaporkan beberapa media) melakukan kunjungan resmi ke China tahun lalu. Lawatan pertama pada 25-28 Maret 2018, kedua pada 7-8 Mei, dan ketiga pada 19-20 Juni.
Dalam kunjungan pada Maret lalu itu, Kim menggunakan kereta antipeluru dan itu merupakan lawatan pertamanya ke luar negeri sejak ia resmi menjadi Pemimpin Tertinggi Korut pada 17 Desember 2011. Dia meneruskan estafet kepemimpinan ayahnya, mendiang Kim Jong Il.
Jika kita mencermati, tiga pertemuan Kim dengan Xi itu masing-masing dilakukan menjelang atau sesudah ia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Trump.
Lawatan pertama ke China akhir Maret lalu, misalnya, dilakukan Kim menjelang pertemuan bersejarah dengan Moon pada 27 April 2018 di zona demarkasi militer di Panmunjom, Korsel. Pemimpin Korut masuk teritori Korsel dan Moon pun melangkah beberapa meter ke wilayah Korut.
Pertemuan dengan Moon itu adalah yang ketiga untuk kedua Korea dan yang pertama dalam 11 tahun. Juga merupakan pertemuan pertama pemimpin kedua Korea sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953. Jelas, pertemuan itu amat bersejarah dan menjadi babak baru perdamaian di kawasan.
Setelah pertemuan di Panmunjom dengan Moon, Kim pun kembali mengunjungi Xi. Pertemuan keduanya dengan Xi itu dilakukan di Dalian, Liaoning, China pada 7-8 Mei 2018. Pertemuan itu juga dilakukan menjelang konferensi tingkat tinggi pertama Kim-Trump, setelah mereka terlibat perang kata-kata. Pertemuan dengan Trump dilakukan di Capella Hotel, Sentosa, 12 Juni.
Hanya berselang seminggu kemudian, Kim kembali melawat China pada 19-20 Juni dan bertemu lagi dengan Xi di Beijing. Pertemuan ketiga dengan Xi ini juga dilakukan menjelang kunjungan tiga hari Moon ke Pyongyang, 18-20 September 2018.
Sedangkan lawatan keempat Kim sejak Selasa (8/1) pagi setelah bertolak dengan kereta dari Pyongyang pada Senin malam dan kembali Rabu (9/1) siang, juga dilakukan menjelang rencana pertemuan keduanya dengan Trump. Xi mendukung Kim untuk bertemu Trump.
Dengan seringnya Kim ke China, Korut telah menempatkan negara yang sama-sama berhaluan komunis itu sebagai mitra utama dan sejati. Kim secara pribadi juga memosisikan Xi begitu sentral dalam sebagai “ayah” atau patron yang kuat dalam kepemimpinannya. Xi pun menerima tawaran Kim untuk mengunjungi Korut, meski belum jelas kapan akan dilaksanakan.
Terkait dengan perdamaian dan denuklirisasi Semenanjung Korea, Kim pada saat pidato Tahun Baru 2019, berkeras tetap berkomitmen pada denuklirisasi. Namun, dia juga dengan suara keras memperingatkan bahwa Korut akan berubah pikiran jika AS tetap menerapkan rangkaian sanksi.
Kantor berita Korut, KCNA, menyebutkan, China mendukung posisi Pyongyang tersebut. "Xi Jinping mengatakan, isu-isu sah yang diangkat Korut merupakan tuntutan yang sah dan dia sepenuhnya setuju bahwa kepentingan Korut yang wajar harus diatasi dengan adil."
BBC mengatakan, belum jelas kapan pertemuan Trump-Kim akan berlangsung lagi, namun Presiden Moon mengatakan itu akan terjadi "segera". Moon, yang selama setahun terakhir menjadi mediator antara Korut dan AS, mengatakan dalam jumpa pers pada Kamis (10/1), Seoul akan bekerja sama dengan Washington dalam mengatasi isu-isu sanksi terhadap Pyongyang.
Sejak Trump dan Kim bertemu di Singapura pada Juni lalu, kemajuan soal denuklirisasi amat lambat.Saat itu, kedua sosok menandatangani ikrar melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea, tapi tidak pernah jelas bagaimana rinciannya.(REUTERS/AFP/AP)