Akses Pelaporan Minim, Perparah Kebakaran di Tangerang
TANGERANG, KOMPAS — Akses pelaporan kebakaran secara langsung dari warga ke pemadam kebakaran yang ada di Kota Tangerang, Banten, masih minim. Nomor telepon darurat 113 untuk laporan kebakaran, yang dioperasikan secara nasional, ini pun belum dapat digunakan di kota itu.
Kondisi ini pun memperparah kebakaran yang terjadi di lingkungan tempat tinggal warga.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kota Tangerang Hambali Bakar, Kamis (10/1/2019), mengatakan, sejak hari pertama tahun 2019, sudah terjadi empat kebakaran di beberapa kecamatan di Kota Tangerang. Terakhir, kebakaran merusak empat rumah di Gang Dahlia, Sukasari, Kecamatan Tangerang, yang menyebabkan empat keluarga mengungsi.
Baca juga: Kebakaran Hanguskan Empat Rumah di Tangerang
Namun, hingga kini informasi kebakaran belum bisa sampai segera di meja piket petugas pemadam kebakaran BPBD Kota Tangerang. Pasalnya, nomor telepon darurat 113 untuk laporan kebakaran dari warga yang berlaku secara nasional itu belum dapat digunakan di Kota Tangerang.
”Nomor itu belum dizonasikan di Kota Tangerang. Sebenarnya, kalau sudah ada zonasi, laporan kebakaran bisa langsung sampai ke meja piket kami. Sebagai gantinya, pemerintah kota pakai nomor 112. Bisa juga ke nomor kantor kami, yaitu 558-2144,” kata Hambali.
Karena dikelola pemkot, hotline 112 di Kota Tangerang dapat digunakan untuk melaporkan kedaruratan bencana lainnya. Namun, dalam konteks kebakaran, laporan darurat dari masyarakat akan terlambat sampai ke BPBD.
”Ada waktu yang terbuang bagi informasi untuk sampai kepada kami. Semakin cepat laporan sampai, semakin mudah kebakaran ditangani. Kalau sebaliknya, ya akan sulit,” kata Hambali.
Empat rumah yang hangus terbakar di Gang Dahlia, Kecamatan Tangerang, itu pun terjadi karena warga kesulitan menjangkau petugas pemadam kebakaran. Ali (52), salah satu warga yang rumahnya terbakar itu, mengungkapkan, dia dengan bantuan anaknya telah berusaha menghubungi pemadam kebakaran, tetapi nomor telepon yang dihubungi tak memperoleh respons.
”Anak saya sudah menghubungi pemadam kebakaran lewat telepon, tetapi tak ada (petugas) yang mengangkat,” katanya.
Pada mulanya, api pertama kali muncul dari rumah Kasruh (49), tetangga Ali. Diduga kebakaran itu disebabkan korsleting karena warga mencium bau kabel terbakar yang sangat kuat.
Namun, karena pemadam kebakaran sulit dihubungi dan rumah warga pun berdiri berimpitan sehingga dalam waktu singkat api merembet ke rumah di sekitarnya, termasuk rumah Ali.
Setelah kebakaran melalap empat rumah warga, 26 petugas pemadam kebakaran dengan enam mobil pemadam itu baru tiba di Gang Dahlia tempat terjadinya kebakaran itu. Akibatnya, warga yang menghuni empat rumah itu kehilangan tempat tinggal dan hingga kini mereka mengungsi.
Kebakaran empat rumah itu baru dapat diatasi setelah petugas menyemprotkan air dari menara masjid ke rumah-rumah warga yang terbakar. Api pun berhasil dipadamkan sebelum membakar lebih banyak rumah.
Sementara kepolisian belum dapat memastikan penyebab utama kebakaran yang menghanguskan empat rumah itu. Kepala Polsek Tangerang Komisaris Ewo Samono mengatakan, penyelidikan sedang berlangsung.
”Penyebab kebakaran nanti akan diidentifikasi Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik). Kami juga sudah memeriksa tiga saksi, yaitu warga sekitar,” kata Ewo.
Fluktuatif
Jumlah kasus kebakaran di Kota Tangerang berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan catatan BPBD Kota Tangerang, selama 2016 terjadi 128 kebakaran. Pada 2017, jumlah kebakaran sempat menurun jadi 119 kasus. Lebih dari sepertiga lokasi kebakaran pada 2017 adalah permukiman warga.
Namun, pada 2018, kasus kebakaran di kota seluas 154 kilometer persegi itu meningkat lagi menjadi 156. Sebanyak 19 kebakaran itu terjadi di permukiman warga.
Penyebab kebakaran terbanyak pada 2017 di Tangerang adalah arus pendek atau korlseting listrik dengan 79 kasus. Ledakan tabung gas menempati posisi kedua dengan 28 kejadian. Selama 2018, 75 kasus kebakaran disebabkan korsleting, sementara ledakan tabung gas sebanyak lima kali. Hambali mengatakan, selain korsleting dan ledakan tabung gas, kebakaran di rumah juga disebabkan lilin yang dinyalakan saat mati listrik pada malam hari.
Kecamatan Tangerang sempat menjadi daerah dengan kasus kebakaran tertinggi pada 2016 dengan 25 kasus. Posisi ini diisi oleh Kecamatan Periuk pada dua tahun berikutnya, masing-masing dengan 16 kasus dan 20 kasus.
Penyuluhan minim
Menurut Hambali, kebakaran tidak dapat diprediksi, tetapi warga dapat disiapkan untuk mencegahnya dengan penyuluhan. Sejak 2015 hingga 2018, sebanyak 77 dari 104 kelurahan di Kota Tangerang telah menerima penyuluhan kesiapsiagaan kebakaran. Adapun 29 sisanya akan ditargetkan selesai sepanjang tahun ini.
Menurut dia, warga sebaiknya tidak panik sehingga bisa ikut mengatasi kebakaran sebelum kebakaran itu menjadi besar. Jika tidak memiliki alat pemadam api ringan, warga dapat menggunakan selimut, handuk, atau kain lainnya yang dibasahi untuk memadamkan api.
Sebaliknya, Juleha (52), salah satu korban kebakaran di Gang Dahlia, mengaku, mengetahui berbagai tips mengatasi kebakaran itu hanya dari televisi. Pedagang ketoprak itu mengatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan dalam menghadapi kebakaran. ”Api menjalar cepat sekali. Saya enggak bisa nyelamatin surat-surat penting, seperti ijazah. Modal jualan Rp 2,5 juta juga hilang,” katanya.
Saat kebakaran terjadi, Selviana pun panik sehingga tidak sempat berpikir untuk memadamkan api yang menjalar ke rumahnya lewat bagian belakang rumah. ”Boro-boro nyiram air atau mikirin surat-surat berharga. Udah yang penting keluar nyelamatin diri, enggak mikirin barang-barang lagi,” katanya.(KRISTIAN OKA PRASETYADI)