JAKARTA, KOMPAS — Kemunculan buku digital tidak lantas mengubah pola konsumsi masyarakat dalam membaca buku. Buku digital memiliki penggemarnya sendiri dengan tidak berdampak terhadap penjualan buku cetak.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Rosidayati Rozalina di Jakarta, Jumat (11/1/2019), mengatakan, buku digital tidak akan mematikan penjualan buku cetak. Menurut dia, baik buku cetak maupun digital tetap memiliki penggemar masing-masing.
”Penggemarnya (buku cetak) ada, bahkan hasil survei kami, lebih banyak yang menyenangi buku cetak,” ujar Rosidayati saat ditemui di sela-sela Konferensi Kerja Nasional Ikapi 2019.
Menurut catatan Ikapi, kebutuhan buku digital membuat beberapa penerbit menyediakan versi digital dari buku-buku yang sudah dicetak. Penjualan buku digital, sesuai dengan data Ikapi yang diterbitkan pada 25 Januari 2018, masih kurang dari 2 persen dari edisi cetak.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik, yang hadir dalam kegiatan itu, mengatakan, penerbitan merupakan salah satu sektor industri kreatif yang menggembirakan. Industri penerbitan di beberapa negara lain dianggap semakin menyusut, tetapi di Indonesia malah tumbuh positif.
”Mungkin sebelumnya orang sulit ke toko buku, tetapi sekarang orang mudah berbelanja tanpa harus ke toko buku. Mungkin itu salah satu penyebabnya,” katanya.
Buku digital digandrungi oleh penggemarnya karena praktis dibaca. Kelana Wisnu Sapta Nugraha (22), mahasiswa semester VII Universitas Padjajaran, Bandung, salah satunya.
Ia sudah terbiasa membaca buku digital di gawainya. Hal itu ia rasa lebih nyaman karena tidak perlu repot membawa buku ketika bepergian.
Kelana perlu menyesuaikan diri dalam membaca buku digital. Ketika membaca buku cetak, ia kerap menandai kalimat yang ia anggap penting. Menurut kelana, ia tidak bisa melakukan hal itu di buku digital.
Meski demikian, ada pula generasi yang sudah terbiasa dengan gawai, tetapi lebih menikmati membaca buku cetak. Jasmin Nisphia (16), siswi SMA Negeri 104 Jakarta, salah satunya.
Saat ditemui di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pekan lalu, ia lebih senang berlama-lama membaca buku dalam bentuk cetak. Membaca di gawai membuat matanya cepat merasa lelah. Meski begitu, ia tetap membaca bahan bacaan dari internet, tetapi untuk bahan bacaan yang singkat.
”Baca beberapa cerita di Wattpad, tetapi belum pernah beli buku digital,” kata Jasmin. (SUCIPTO)