JAKARTA, KOMPAS - Biaya logistik yang murah dinilai menjadi kunci memenangkan persaingan di pasar ekspor. Efisiensi biaya logistik akan menjadikan harga produk ekspor kompetitif.
"Salah satu kunci rahasia kemenangan China dibanding bangsa lain adalah di sisi biaya logistik yang murah," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur di Semarang, ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Abdul Sobur mengatakan, China pun terus mengefisienkan diri dengan memangkas logistik, termasuk melalui inisiatif program one belt one road. Eksportir China dahulu membutuhkan waktu sekitar 30 hari untuk mengirim produk ke Eropa lewat laut.
Jalur ganda kereta api sepanjang 12.000 kilometer yang dikembangkan mampu memangkas waktu kirim hingga tinggal delapan hari. "Apabila pemangkasan biaya logistik ini ditiru di Indonesia dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur, menurut saya itu akan menjadikan biaya logistik menjadi murah," kata Abdul Sobur.
Di sisi lain Abdul Sobur meminta agar sosialisasi dan pemberian fasilitas KITE, kemudahan impor tujuan ekspor, harus semakin ditingkatkan agar semakin menjangkau banyak pelaku usaha berorientasi ekspor. "Di Jawa Barat, misalnya, dari 12 perusahaan mebel yang ditargetkan diberi KITE tahun lalu hanya empat yang terealisasi," katanya.
Abdul Sobur menuturkan, pasar mebel utama yang menjadi target eksportir Indonesia adalah Amerika Serikat (35 persen) dan berikutnya negara-negara di Uni Eropa (60 persen). Ada potensi ekspor ke China yang selama ini belum tergarap optimal.
"Pasar mebel terbesar dunia itu adalah China dengan nilai 1,8 triliun renminbi atau ekuivalen dengan 220 miliar dollar AS per tahun. Ini setara 2-3 kali lipat pasar di Amerika Serikat," katanya.
Menurut dia harus ada strategi khusus untuk dapat masuk ke China yang notabene juga merupakan negara produsen mebel. Pengusaha Indonesia harus pandai mencari ceruk atau celah pasar mebel yang tidak diproduksi di China.
Berdasarkan data Himki, nilai ekspor mebel Indonesia periode Januari-Oktober 2018 sekitar 1,6 miliar dollar AS.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri Indonesia Handito Joewono mengatakan, saat ini pangsa pasar Indonesia di pasar ekspor global masih kecil. Potensi ekspor Indonesia tetap ada meski Bank Dunia memproyeksikan ada penurunan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2019.
"Ekspor Indonesia itu ada yang dari kelompok-kelompok komoditas, yang selalu dibutuhkan pada kondisi ekonomi seperti apa pun meski bisa jadi sedikit terkoreksi turun," kata Handito.
Menurut Handito apabila program pengembangan produk baru dan pasar ekspor baru konsisten dijalankan, tidak perlu ada kekhawatiran terhadap proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.