JAKARTA, KOMPAS - PT Kereta Api Indonesia (Persero) menargetkan bisa mengangkut 435,49 juta penumpang tahun ini. Angka itu naik 2,5 persen dari tahun 2018, tetapi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 8 persen. Keterbatasan sarana jadi salah satu penyebabnya.
"Tahun 2018 jumlah penumpang naik 8 persen dibandingkan penumpang tahun 2017 yang mencapai 394,134 juta orang," kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, saat jumpa pers Angkutan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Menurut Edi, rendahnya target pertumbuhan jumlah penumpang tahun ini karena ketersediaan sarana kereta. "Kami telah memesan gerbong-gerbong baru dari INKA (PT INKA Persero), tetapi karena keterbatasan kapasitas INKA dalam memproduksi kereta, maka sarana yang ditambahkan juga tidak bisa banyak," kata Edi.
Selain memenuhi kebutuhan untuk perjalanan baru, penambahan gerbong kereta diperlukan untuk mengganti gerbong-gerbong tua, umumnya berusia di atas 30 tahun. Menurut Edi, gerbong yang berusia tua itu sebenarnya masih layak, tetapi perlu diganti untuk meningkatkan pelayanan ke penumpang.
Berdasarkan data PT KAI, jumlah penumpang KRL (kereta rel listrik) tercatat paling banyak, yakni 336,71 juta orang. Lalu kereta api utama (kelas eksekutif, bisnis, ekonomi) yang tercatat 44,08 juta orang dan kereta api lokal sebanyak 41,26 juta orang.
Sementara itu, jumlah penumpang kereta api bandara mencapai 1,58 juta orang, kereta ringan cepat (LRT) Sumatera Selatan sebanyak 926.914 penumpang, dan penumpang kereta api wisata mencapai 99.578 orang.
Rendahnya target pertumbuhan jumlah penumpang tahun ini karena ketersediaan sarana kereta terbatas.
Menurut Edi, sebenarnya KAI ingin menambah gerbong kereta hingga semaksimal mungkin karena saat ini kapasitas jalur kereta sudah meningkat dengan pembangunan jalur ganda dan jalur dwi ganda. "Bahkan di beberapa rute favorit, seperti Jakarta-Bandung, seberapa pun kursi ditambahkan selalu habis terjual. Kereta sudah menjadi pilihan premium bagi masyarakat karena kepastian jadwal dan waktu tempuh," kata Edi.
Pada angkutan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 yang berlangsung selama 18 hari dari 20 Desember 2018 hingga 6 Januari 2019, KAI mengangkut 5,7 juta penumpang. Jumlah ini meningkat 12 persen dari Natal dan Tahun Baru sebelumnya yang tercatat 5,1 juta penumpang.
Selain menambah perjalanan sebanyak 48 kereta api tambahan sehingga total 394 kereta api, KAI juga meluncurkan rute baru KA Galunggung relasi Stasiun Kiaracondong (Bandung)-Stasiun Tasikmalaya dan KA Pangandaran relasi Gambir (Jakarta)-Stasiun Bandung-Stasiun Banjar. "Peluncuran kedua kereta ini disambut hangat oleh masyarakat. Memang masih gratis selama satu bulan ini. Tetapi okupansinya mencapai 100 persen," kata dia.
Sementara itu, antusias perjalanan Natal dan Tahun Baru juga terjadi pada angkutan laut. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha mengatakan, dari data laporan posko, jumlah realisasi penumpang pada periode Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 mencapai 2.270.380 orang atau meningkat 10,75 persen dibandingkan tahun lalu.
"Pelabuhan Batam menjadi pelabuhan terpadat dengan jumlah total penumpang 310.486 orang. Sedangkan pelabuhan yang mengalami kenaikan jumlah penumpang secara signifikan yaitu Pelabuhan Banjarmasin (285 persen), Pelabuhan Sibolga (267 persen), dan Pelabuhan Merauke (84 persen)," kata Arif.
Akan tetapi, ada juga pelabuhan yang mengalami penurunan penumpang, yakni di Pelabuhan Kuala Tungkal (20 persen), Pelabuhan Nunukan (14 persen) dan Pelabuhan Gorontalo (14 persen).
"Sistem tiket daring sudah dilaksanakan di beberapa pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Kaliadem dan Pelabuhan Baubau. Kami berharap semua pelabuhan yang melayani penumpang bisa menerapkan ticketing online secara bertahap," ujar Wisnu.