Langkah Masa Depan Dubai
Apa sebenarnya modal Dubai sehingga konsisten menjadi kota paling modern di muka bumi ini? Emir Dubai, Sheikh Muhammad bin Rashid Al Maktum, merangkumkannya dalam delapan prinsip yang mengawal Dubai sejak pendiriannya untuk terus dilaksanakan sampai masa depan.
Memiliki luas wilayah 4.114 km persegi dengan populasi 3,1 juta jiwa, Dubai dikenal sebagai pusat perdagangan dan wisata. Inilah jalan pengembangan wilayah yang dipilih pemerintah Dubai. Jalan ini dipilih dengan pertimbangannya sederhana, tetapi penuh makna.
Sejak awal, penguasa Dubai sadar bahwa hasil minyak di wilayahnya tak sebesar wilayah lain di Uni Emirat Arab. Karenanya Dubai harus merumuskan strategi cerdas untuk bisa menjadi wilayah maju tanpa bergantung pada sumber daya alam.
Dubai beruntung menjalin kesatuan dalam Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki visi memajukan bangsanya bersama enam emirat yang lain. Ketujuh emirat pembentuk negara Uni Emirat Arab itu adalah Dubai, Abu Dhabi, Sharjah, Ajman, Umm al-Quwain, Ras al-Khaimah, dan Fujairah. Dari tujuh emirat tersebut, Dubai merupakan emirat terbesar kedua setelah Abu Dhabi.
Dengan bantuan keuangan yang sangat besar dari Emirat Abu Dhabi yang kaya minyak bumi, pengembangan Dubai sudah mulai direncanakan sejak lama.
Dalam catatan Kompas, ketika menyusun konstitusi permanen negara UEA yang dikenal dengan Konstitusi 1971, setiap emirat diberi otonomi dalam mengelola kekayaan alam dan dalam menentukan model pembangunannya.
Tiga emirat terbesar memiliki peran masing-masing dalam rangkaian penggerak ekonomi negara. Abu Dhabi dirancang menjadi pusat pemerintahan, Dubai dikembangkan menjadi pusat perdagangan dan bisnis, sedangkan Sharjah berperan sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Semua menyatu dalam sebuah harmoni pembangunan yang terencana dan konsisten dilaksanakan.
Dubai memiliki modal dasar untuk menjadi pusat perdagangan karena letak geografisnya yang strategis sebagai kota pelabuhan penting di Teluk Arab. Dubai memiliki Pelabuhan Jebel Ali yang tersohor sebagai terminal laut terbesar di Timur Tengah. Kapasitasnya yang besar menjadikan Jebel Ali saat ini sebagai pelabuhan peti kemas terbesar ke-9 di dunia.
Modal tersebut kemudian dikembangkan Dubai dengan fokus pada pembangunan ekonomi dan perdagangan. Dubai didesain sebagai pusat penghubung bagi jalur transportasi, baik udara maupun laut.
Selain Pelabuhan Jebel Ali, Dubai juga mengembangkan bandar udaranya sebagai jalur penghubung transportasi udara di dunia. Dubai International Airport merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia.
Data Airports Council International 2018 menunjukkan, Bandara Dubai merupakan terminal udara tersibuk ketiga di dunia. Dubai International Airport melayani lebih dari 88,2 juta penumpang per tahun, menghubungkan lebih dari 240 rute tujuan di enam benua dengan lebih dari 100 maskapai penerbangan.
Konektivitas ini membuat lebih dari 14 juta orang mengunjungi Dubai pada 2016, melebihi Abu Dhabi yang mencapai 4 juta orang dan emirat Sharjah yang mencapai 1,8 juta orang.
Tidak berhenti sebagai wilayah penghubung, Dubai kemudian juga membangun hotel, apartemen, pusat berbelanjaan, dan pusat keuangan. Semua itu bertujuan untuk menarik sebanyak-banyaknya investor dan orang untuk tinggal di Dubai.
Inovasi-inovasi Dubai
Faktor kunci pengembangan Dubai adalah kesungguhannya merebut hati banyak orang. Dubai memberikan banyak daya tarik bagi investor, baik berupa infrastruktur maupun aturan bisnis yang memberikan rasa nyaman bagi investor.
Banyak proyek dibangun di Dubai, seperti sentra perdagangan, tempat wisata, fasilitas olahraga, termasuk mal terbesar di dunia. Ikon-ikon baru di dunia muncul di Dubai seperti Dubai World Trade Centre, The Dubai Mall, dan gedung tertinggi di dunia Burj Khalifa. Bangunan tersebut memiliki ketinggian 828 meter yang terdiri atas 160 lantai.
Dubai juga melakukan reklamasi pantai dan mendirikan pusat perdagangan, jasa, pelabuhan, dan permukiman. Reklamasi kawasan baru di Dubai memperpanjang garis pantainya menjadi 78 kilometer pada 2005. Reklamasi yang telah menggunakan 110 juta meter kubik pasir ini dikenal sebagai kawasan Palm Jumeirah. Di kawasan tersebut, dibangun pusat perbelanjaan, hotel, dan hunian mewah (Kompas 28/6/2005).
Penambahan daratan ini dianggap menguntungkan secara ekonomi dan bisa memajukan pariwisata. Setelah Palm Jumeirah, Dubai mengembangkan kawasan reklamasi lain, seperti Palm Jebel Ali, The World, Islands Deira, Palm Deira, dan Dubai Waterfront.
Infrastruktur energi juga tidak luput dari pengembangan. Berbagai sarana perdagangan, bisnis, dan pariwisata tentu membutuhkan pasokan energi yang prima dan ramah lingkungan.
Dubai mulai membangun Taman Surya 1 GW Mohammed bin Rashid Al Maktoum di Seih Al Dahal pada 2012. Fase pertama proyek ini mulai beroperasi pada 2013 dengan kapasitas 13 MW. Direncanakan fase terakhir proyek akan beroperasi pada 2030 dengan kapasitas 5.000 MW.
Prinsip keutamaan
Bukan hanya program energi, setidaknya terdapat 33 strategi inisiatif yang dikembangkan UEA, termasuk Dubai di dalamnya. Dari 33 strategi tersebut, sejumlah 7 inisiatif akan dikerjakan di Dubai, seperti Dubai Tourism Strategy 2020, Dubai Tourism Strategy 2021, Dubai Autonomous Transportation Strategy, maupun Dubai Clean Strategy 2030.
Ini merupakan rangkaian panjang komitmen pemerintah UEA dan Dubai menyambut masa depan. Sebelumnya, Emir Dubai, Sheikh Muhammad bin Rashid Al Maktum pada 2006, mengesahkan undang-undang kepemilikan properti di Dubai.
Undang-undang tersebut memberikan peluang seluas-luasnya kepada para investor asing maupun setempat di sektor properti untuk masuk pasar properti di Provinsi Dubai.
Warga asing diberi hak memiliki properti secara penuh di Dubai tanpa dibatasi masa tertentu, tetapi dengan syarat setelah mendapat persetujuan Pemerintah Dubai dan di wilayah tertentu yang telah ditentukan pemerintah.
Ini menambah daftar kemudahan-kemudahan perdagangan dan bisnis yang ditawarkan Dubai. Sebelumnya investor sudah dimanjakan dengan tidak ada pajak penghasilan, tidak ada pajak nilai tambah, tidak ada pajak properti, pajak waris, dan pajak keuntungan perusahaan (Kompas 18/5/2006).
Dubai telah mengubah kesan terhadap Uni Emirat Arab. Negara ini tak lagi dikenal sebagai negara kaya semata karena berlimpah minyak bumi, tetapi mampu menjadi wilayah penghubung dalam bidang ekonomi maupun pariwisata yang terbesar di Timur Tengah, bahkan di seluruh dunia.
Capaian-capaian Dubai sebagai pusat kegiatan bisnis, belanja, dan rekreasi terbaik di dunia merupakan prestasi besar yang harus dijaga. Namun, Dubai juga harus memiliki energi berlipat untuk mempertahankan bahkan terus mengembangkannya bagi generasi Dubai mendatang.
Energi ini harus dibangun selaras dengan kesadaran awal penguasa Dubai tentang minimnya hasil minyak Dubai. Tidak semua catatan prestasi Dubai berada dalam titik positif. Pengalaman krisis global 2008 menggugah kesadaran tersebut. Saat itu, Dubai World, perusahaan milik keemiratan Dubai, memiliki utang hingga 59 miliar dollar AS akibat rontoknya pasar properti dunia.
Pentingnya memiliki kesadaran inilah yang diingatkan Emir Dubai, Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktum dengan mengeluarkan 8 prinsip keutamaan Dubai. Jangan sampai Dubai terlena dalam prestasi dan terkulai seperti saat krisis 10 tahun lalu.
Sheikh Mohammad menegaskan Dubai telah didirikan dan diatur berdasarkan prinsip-prinsip tersebut. Sang Emir mengatakan, prinsip-prinsip itu harus diterapkan di seluruh elemen pemerintahan untuk kesejahteraan rakyat dan bangsa UEA. Secara umum, terdapat tiga bagian besar nilai-nilai utama tersebut.
Pertama, Dubai merupakan bagian integral dari UEA dan pilar federasi. Nasib Emirat terikat dengan nasib UEA, kesejahteraannya sangat penting bagi UEA, dan rakyatnya selalu bersedia berkorban demi kebaikan negara yang lebih besar.
Kedua, keadilan sebagai dasar negara. Prinsip ini menegaskan, tidak ada orang atau lembaga yang berada di atas hukum. Prinsip ini juga memperlihatkan bahwa hukum tidak membedakan warga negara, apapun status dan latar belakangnya.
Prinsip ketiga mengatakan bahwa Dubai adalah pusat ekonomi dunia yang ramah bisnis yang netral secara politik dan fokus menciptakan peluang-peluang ekonomi.
Delapan nilai keutamaan tersebut secara umum menggarisbawahi karakter Dubai dalam kesatuan negara UEA sebagai masyarakat terbuka, terikat oleh toleransi dan rasa hormat. Nilai-nilai inilah yang diyakini penguasa Dubai berada di balik keberhasilan pembangunan Dubai dengan infrastruktur yang berkulitas tinggi dan iklim usaha yang nyaman bagi investor asing.
“These are the eight defining principles upon which Dubai was founded and has been governed over the years; principles that I endorse as the Ruler of Dubai,” kata Sheikh Mohammad.
Modal inilah yang membuat Dubai dan UEA berkembang. Menurut Federal Competitiveness and Statistics Authority dan laman pemerintah UEA, saat ini terdapat 6,3 juta ekspatriat bekerja di UEA. Komunitas ekspatriat melebihi jumlah warga negara UEA, dengan komunitas terbesar dari Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh. Namun, tidak ada perbedaan perlakuan dari pemerintah UEA. Sebagai penduduk, mereka juga mendapatkan hak kesehatan, keamanan, dan pendidikan.
Dalam iklim keterbukaan investasi dan kepemimpinan yang visioner di UAE, Dubai juga menimati kemajuan pembangunan bersama seluruh warga Uni Emirat Arab. Pada 2017, PDB Uni Emirat Arab mencapai 435 miliar dollar AS naik 3 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2000, jumlah tersebut naik 4 kali lipat.
Manajemen pembangunan membawa keajaiban Dubai dan UEA yang semula merupakan daerah padang pasir yang tandus berhasil menjadi hijau, dengan berbagai fasilitas modern di berbagai tempat. (LITBANG KOMPAS)