Persaingan Roger Federer dan Novak Djokovic
MELBOURNE, KAMIS — Terpisah dalam hasil undian membuat Roger Federer dan Novak Djokovic berpeluang sama untuk menciptakan rekor di Australia Terbuka. Mereka memiliki kesempatan menjadi tunggal putra dengan gelar juara terbanyak di Melbourne Park.
Federer, Djokovic, dan mantan petenis Australia, Roy Emerson, tercatat sebagai tunggal putra tersukses di Grand Slam pembuka musim itu dengan enam kali menjadi juara.
Berada pada kondisi baik tahun ini, Federer dan Djokovic menjadi favorit juara turnamen yang berlangsung di Melbourne Park, 14-27 Januari. Djokovic, juara dua Grand Slam terakhir, Wimbledon, dan AS Terbuka 2018, ditempatkan sebagai unggulan pertama. Federer, juara Australia Terbuka dua musim terakhir, menjadi unggulan ketiga, sedangkan Rafael Nadal unggulan kedua.
Undian yang diselenggarakan pada Kamis (10/1/2019) membuka peluang Federer dan Djokovic bertemu di final. Jika skenario ini terjadi, rekor baru pun akan tercipta. Federer adalah juara 2004, 2006, 2007, 2010, 2017, dan 2018. Adapun Djokovic juara 2008, 2011-2013, 2015, dan 2016.
Namun, bukan itu yang menjadi fokus Federer. Bukan pula gelar juara ke-100 yang akan dikoleksinya jika mengangkat trofi Norman Brooke Challenge pada 27 Januari. Untuk saat ini, dia hanya akan fokus pada pertandingan babak pertama.
”Untuk itu, saya ada di sini. Ini adalah momen untuk mengetahui undian dan fokus pada babak pertama, hanya babak pertama, tidak untuk gelar ketujuh atau hal semacam itu,” kata Federer yang menghadiri undian, Kamis malam. Federer menerapkan pola pikir sederhana dengan tidak berpikir terlalu jauh pada tujuh babak atau gelar juara.
”Menang memang menjadi tujuan, tetapi saya tak ingin memberi tekanan besar pada diri sendiri,” kata Federer, yang akan melawan Denis Istomin (Uzbekistan) pada babak pertama. Istomin adalah petenis yang membuat kejutan ketika menyingkirkan Djokovic pada babak kedua tahun 2017.
Di paruh bawah undian, Federer bergabung dengan finalis 2018, Marin Cilic, Nadal, dan lima kali finalis, Andy Murray. Murray datang sebagai petenis nonunggulan karena hanya berperingkat ke-230 dunia.
Pada paruh atas, Djokovic bertemu petenis kualifikasi pada babak pertama dan bisa bertemu Jo-Wilfried Tsonga di babak berikutnya. Tsonga adalah petenis yang dikalahkannya pada final 2008. Petenis unggulan di paruh atas di antaranya Alexander Zverev (unggulan ke-4), Dominic Thiem (7), dan Kei Nishikori (8).
Di tunggal putri, tantangan berat dihadapi petenis nomor satu dunia, Simona Halep. Langkah Halep untuk lebih baik dari musim lalu, saat menjadi finalis, bisa terganjal jika bertemu Serena Williams pada babak ketiga. Statistik pertemuan keduanya memperlihatkan Serena unggul 8-1.
Ini keikutsertaan pertama Serena di Australia Terbuka setelah menjadi juara pada 2017. Dua tahun lalu, dia bermain dalam keadaan mengandung. Dia absen pada 2018 karena belum siap bertanding, empat bulan setelah melahirkan Alexis Olympia.
Juara baru
Meski petenis senior masih diunggulkan, mantan petenis Amerika Serikat, John McEnroe, berharap munculnya juara tunggal putra baru di Grand Slam, termasuk di Melbourne Park. Melihat daftar peringkat dunia saat ini, peluang untuk melihat juara baru terbuka. Terdapat delapan petenis berusia maksimal 22 tahun 30 besar dunia.
Zverev (21) memimpin barisan petenis muda dengan berada pada peringkat keempat. Meski baru sekali menembus perempat final Grand Slam, pada Perancis Terbuka 2018, dari 14 penampilan, dia dinilai paling siap menembus dominasi Federer, Nadal, dan Djokovic.
Sejak AS Terbuka 2018, Zverev dilatih Ivan Lendl yang membawa Murray pada tiga gelar juara Grand Slam. November 2018, petenis Jerman itu meraih gelar juara dari salah satu turnamen bergengsi, Final ATP di London. Ini adalah turnamen yang diikuti delapan petenis berperingkat terbaik beradasarkan penampilan pada 2018.
Meski demikian, menurut McEnroe, ada faktor yang membuat petenis-petenis muda itu kesulitan menjuarai Grand Slam selama ini. Untuk juara, petenis harus menang tujuh kali dengan format best of five sets untuk tunggal putra.
”Grand Slam adalah permainan fisik dan mental. Petenis muda masih kesulitan untuk tampil konsisten dalam tujuh pertandingan. Mereka butuh waktu untuk mengembangkan kemampuan dan kekuatan tubuh. Namun, pintu tetap terbuka,” tutur petenis yang 14 kali menjadi nomor satu dunia pada era 1980-an itu pada laman harian Sydney Morning Herald. (AP)