PM Baru Taiwan Siap Jalankan Kabinet di Tengah Meningkatnya Tekanan China
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
TAIPEI, JUMAT – Taiwan menunjuk Su Tseng-chang, mantan Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) dua periode, sebagai perdana menteri, Jumat (11/1/2019). Su menggantikan posisi PM William Lai yang mengundurkan diri bersama seluruh anggota kabinetnya menyusul kekalahan DPP pada pemilu lokal, November lalu, dan semakin meningkatnya tekanan dari China.
"Demokrasi dan pembangunan Taiwan harus menghadapi tantangan-tantangan tertentu," kata Presiden Tsai Ing-wen, sembari menambahkan bahwa China tengah berupaya memaksakan struktur "satu negara, dua sistem" di Taiwan.
Di Taiwan, seorang perdana menteri membentuk kabinet dan menjalankan pemerintahan. Penunjukan menteri-menteri baru diperkirakan akan segera diumumkan. Kekalahan DPP pada pemilu lokal, November lalu, menghadirkan tantangan besar bagi Presiden Tsai, yang menghadapi kritik terkait agenda reformasinya di tengah makin meningkatnya tekanan dari China.
Tsai, yang menunjuk Su Tseng-chang, menyatakan bahwa Taiwan menghadapi tantangan-tantangan di tengah meningkatnya ancaman Beijing dan ketegangan akibat perang dagang antara AS, pendukung utamanya, dan China.
PM Lai adalah perdana menteri kedua yang mundur sejak Tsai menjadi presiden pada tahun 2016. "Saya harus mundur sebagai tanggung jawab atas kekalahan dalam pemilu,” kata Lai dalam rapat kabinet, Jumat.
Dalam pemilu lokal, partai oposisi, Nasionalis (Kuomintang) yang ingin menjalin hubungan lebih erat dengan Beijing, menang 15 dari 22 kursi yang diperebutkan. Adapun DPP, yang awalnya menguasai 13 kursi, kini hanya mengantongi enam kursi. DPP juga kalah dalam perebutan wali kota Kaohsiung yang selama 20 tahun selalu "milik" DPP.
"Masyarakat mengharapkan kami meningkatkan kehidupan mereka. Mereka juga berharap kami melindungi demokrasi. Masyarakat menghendaki kami melindungi kedaulatan. Tantangan ini membutuhkan perdana menteri berpengalaman seperti Su Tseng-chang,” kata Tsai di kantor presiden.
Situasinya sulit dan pekerjaan ini tidak mudah.
Su menyatakan terima kasih kepada Tsai atas kepercayaan dan dukungan terhadapnya. "Sekarang, saya akan memimpin tim dan bekerja memenuhi harapan rakyat dan merespon kepentingan masyarakat”.
Belajar dari kesalahan
Su juga bersumpah memimpin kabinetnya di tengah tantangan yang ada dengan belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya. "Situasinya sulit dan pekerjaan ini tidak mudah," ujarnya.
Presiden China Xi Jinping mengulangi ancamannya pada Taiwan pada awal Januari 2019 dengan mengatakan partai komunis yang berkuasa "tidak bisa berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan."
Pertumbuhan ekonomi Taiwan yang berbasis pembangunan teknologi melambat. Gaji untuk pekerja tidak mengalami kenaikan, membuat peluang bekerja di China kian menarik. Pensiun dan reformasi fiskal pun tidak popular.
Setahun menjelang pemilihan presiden, para analis politik berpendapat bahwa Tsai dan Su harus meraih dukungan publik dalam kebijakan terhadap China sambil meningkatkan ekspor di tengah perang dagang AS-China.
"Perdana menteri yang baru tak hanya harus fokus pada urusan domestik, tetapi juga harus memerhatikan isu keamanan nasional,” kata penasihat senior presiden, Yao Chia-wen.