JAKARTA,KOMPAS - Debat calon presiden-wakil presiden diyakini dapat memperkokoh basis dukungan masing-masing calon di Pemilu Presiden 2019. Tak hanya itu, debat dapat pula memikat calon pemilih yang hingga kini belum bersikap. Terakhir, berpotensial menarik pemilih yang pilihannya masih mungkin berubah. Oleh karena itu, penting bagi kedua pasangan calon yang ada untuk menyiapkan strategi yang tepat untuk ditampilkan selama debat.
Seperti diketahui, KPU akan menggelar lima kali debat calon presiden-wakil presiden dalam rentang waktu Januari hingga April 2019. Debat perdana akan digelar, 17 Januari 2019.
Keyakinan bahwa debat akan memperkokoh basis dukungan capres-cawapres disampaikan oleh Peneliti Populi Center Jefri Ardiansyah, Jumat (11/1/2019).
“Debat menjadi metode yang efektif memperkokoh keyakinan seorang pemilih terhadap calon pilihannya. Efek yang ditimbulkan, menguatnya basis dukungan calon,” katanya.
Dia mencontohkan, seorang calon pemilih yang berprofesi sebagai guru honorer pasti tertarik calon yang memiliki program untuk menyelesaikan permasalahan honorer. “Namun untuk lebih meyakinkan apakah pilihannya sudah tepat, itu diyakinkan melalui debat,” kata Jefri.
Jika merunut pada hasil survei yang dilakukan oleh Indikator pada Desember 2018, elektabilitas Jokowi-Ma\'ruf Amin sebesar 54,9 persen sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 34,8 persen.
Selain memperkokoh basis dukungan, Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, debat juga bisa menarik dukungan dari calon pemilih yang pilihannya masih mungkin berubah, dan mereka yang hingga kini belum menentukan pilihan.
Mereka akan menjatuhkan pilihan kepada salah satu calon jika calon tersebut menyuguhkan program-program yang berkualitas dan realistis. Selain itu, gestur dan gaya bahasa selama debat juga patut diperhatikan karena itu juga kerap menjadi pertimbangan pemilih.
Namun khusus untuk meyakinkan mereka yang belum menentukan pilihan, tidak cukup hanya melihat satu kali penampilan debat. Mereka harus diyakinkan melalui seluruh rangkaian debat.
Dia mencontohkan, saat Pilkada DKI Jakarta 2017, elektabilitas Calon Gubernur Agus Harimurti Yudhoyono cukup tinggi sebelum debat, tetapi setelah beberapa kali debat, suaranya terus turun.
Sementara Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Calon Presiden-Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Eriko Sotarduga, meyakini, format debat dan durasi debat yang terbatas waktunya, tidak cukup untuk memikat calon pemilih. Untuk itu, kubu Jokowi-Ma\'ruf tidak mengandalkan debat untuk menjaga elektabilitasnya.
“Sosialisasi dan kampanye harus disampaikan door-to-door. Kerja-kerja teritorial semacam ini menjadi kuncinya. Melalui komponen partai, caleg, relawan ini dapat dikerjakan,” kata Eriko.
Berbeda dengan Eriko, Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Calon Presiden-Wakil Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Fadli Zon, meyakini sebaliknya. Ini terutama bagi calon pemilih yang hingga kini belum menentukan pilihannya.
Dari debat ditambah kerja-kerja pemenangan lainnya, dia yakin Prabowo-Sandi akan bisa menyusul elektabilitas Jokowi-Ma\'ruf, di akhir Januari 2019. “Jangankan tiga bulan (sisa masa kampanye-Red). Bulan ini sudah akan terkejar. Februari akan semakin solid, lalu Maret akan menguatkan kemenangan Prabowo-Sandi,” kata Fadli.