Kota Padang Panjang Terus Berbenah
PADANG, KOMPAS — Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, meraih penghargaan sebagai juara pertama pada Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 kategori kota kecil. Penghargaan diberikan karena kota dengan luas 23 kilometer persegi itu dinilai mampu mengelola kota dengan cara yang lebih baik serta meningkatkan kualitas hidup warganya melalui berbagai inisiatif.
Beberapa indikator penilaian Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI), seperti migrasi, koneksi internet warga, mitigasi bencana, dan ajang kebudayaan, mendapat penilaian tertinggi.
Padang Panjang berada sekitar 79 kilometer di utara Kota Padang atau 22 kilometer selatan Bukittinggi. Salah satu kota dari enam kota di Sumbar ini memiliki dua kecamatan dengan 16 kelurahan. Mengacu pada Statistik Daerah Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang Panjang tahun 2018, jumlah penduduknya mencapai 52.422 jiwa.
Dalam penilaian IKCI 2018, Padang Panjang mendapat skor tinggi pada dimensi masyarakat, yakni inklusivitas sosial yang meliputi keterkoneksian internet, mitigasi bencana, ajang kebudayaan, dan jumlah penduduk yang bermigrasi.
Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Kota Padang Panjang 2018, penggunaan sistem teknologi informasi oleh anggota rumah tangga berusia 5 tahun ke atas di Padang Panjang termasuk tinggi.
Pengguna telepon seluler, nirkabel, komputer, personal komputer, desktop, laptop, notebook, atau tablet di kota itu mencapai 90,49 persen.
Sementara yang memiliki telepon seluler atau nirkabel mencapai 75 persen. Adapun pengakses internet termasuk membuka jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter serta aplikasi berbagi pesan seperti BBM dan Whatsapp yang mencapai 56,38 persen.
Memfasilitasi
Terkait keterkoneksian internet, Pemerintah Kota Padang Panjang memfasilitasi warganya dengan menyediakan fasilitas Wi-Fi gratis yang tersebar di sejumlah lokasi, seperti sekolah dan taman kota.
Intan Silvia Putri (17), salah satu siswa SMAN 2 Padang Panjang, mengatakan terbantu dengan adanya fasilitas gratis tersebut. ”Adakalanya kuota habis, jadi saya mengakses Wi-Fi gratis. Saya memang butuh koneksi internet tidak hanya untuk mencari bahan belajar, tetapi juga kebutuhan lain, seperti membuka media sosial,” ujar Intan.
Selain itu, meski berada jauh dari kawasan pesisir pantai, bukan berarti Padang Panjang aman dari bencana alam. Justru, posisinya berada di jalur patahan Sumatera. Gempa besar pernah melanda Padang Panjang pada 28 Juni 1926 dan mengakibatkan 354 orang meninggal. Beberapa tahun terakhir, gempa terus terjadi dan mengguncang Padang Panjang.
Oleh karena itu, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Panjang Erizal, mitigasi bencana untuk pengurangan risiko bencana terus mereka dorong. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas masyarakat melalui berbagai kegiatan.
”Di Padang Panjang, kami saat ini rutin melakukan kegiatan mitigasi bencana dengan mengadakan sosialisasi, dilanjutkan simulasi ke sekolah-sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA sederajat, hingga perguruan tinggi,” ucap Erizal.
Di Padang Panjang, saat ini rutin dilakukan kegiatan mitigasi bencana dengan mengadakan sosialisasi, dilanjutkan simulasi ke sekolah-sekolah.
Ia menambahkan, selain sosialisasi dan simulasi, mereka juga sejak Juli 2018 mengadakan jambore pengurangan risiko bencana. Jambore tersebut diikuti kelompok siaga bencana yang ada di seluruh kelurahan di Padang Panjang. ”Semua lurah juga harus datang mendampingi kelompoknya untuk mengetahui tugas-tugasnya ketika terjadi bencana,” kata Erizal.
Pihaknya juga membentuk satu peleton tim siaga bersama komando distrik militer (kodim) setempat. Tim siaga yang anggotanya berasal dari BPBD dan kodim tersebut bertugas sebagai tim reaksi kebencanaan di daerah tersebut.
”Peningkatan kapasitas masyarakat juga kami lakukan dengan patroli rutin setiap malam. Lalu, tim kami menemui masyarakat yang sedang ronda dan berdiskusi tentang kebencanaan bersama mereka,” kata Erizal.
Bermigrasi
Sebagai kota kecil, Padang Panjang juga menarik masyarakat dari luar kota tersebut untuk bermigrasi. Data BPS Kota Padang Panjang berdasarkan Sensus Penduduk 2010 menyatakan, penduduk Kota Padang Panjang sebanyak 47.008 jiwa terdiri dari 23.369 laki-laki dan 23.639 perempuan.
Menurut proyeksi penduduk dari hasil sensus penduduk 2010, pada 2017 telah terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 52.422 jiwa.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Pengendalian Penduduk, Perlindungan Anak Laswarni mengatakan, keinginan warga luar untuk tinggal di Padang Panjang memang termasuk tinggi.
”Padang Panjang sebagai kota yang sangat mendukung pendidikan menjadi daya tarik sehingga banyak warga dari daerah lain yang ingin menyekolahkan anaknya di sini. Di samping itu, tingkat kriminalitas rendah dan daerahnya yang nyaman turut berpengaruh,” tutur Laswarni.
Tokoh masyarakat di Kelurahan Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, Syamsul Bahri (67), menyebutkan, dari tahun ke tahun pembangunan di Padang Panjang semakin baik.
”Ambil contoh, yang paling terasa manfaatnya adalah akses jalan. Dulu, jalan-jalan di kota ini buruk. Sekarang sudah diaspal, bahkan hingga gang-gang. Pusat kota juga mulai ditata dengan baik. Tersedia juga jalur pejalan kaki bagi masyarakat,” kata Syamsul.
Selain itu, menurut Syamsul, tersedia juga ruang terbuka hijau dan pusat kegiatan kebudayaan seperti area depan Gedung M Syafei. Di sana, setiap Jumat sore hingga malam, komunitas-komunitas secara bergiliran tampil unjuk kebolehan.
Tentu, peluang untuk menjadi kota yang lebih baik masih besar. Perjalanan Padang Panjang masih panjang. Apalagi kota ini juga gudang ilmu pendidik. Tidak hanya sekolah, pondok pesantren juga banyak.
”Di sinilah tokoh-tokoh seperti para cendekiawan Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) bertumbuh, juga pahlawan nasional Hajjah Rangkayo Rasuna Said,” ucap Syamsul.
Kota ini juga gudang ilmu pendidik. Tidak hanya sekolah, pondok pesantren juga banyak.
Tidak hanya pendidikan dan agama, budaya tradisi di Padang Panjang juga dipertahankan. Hal itu tidak terlepas dari keberadaan Institut Seni Indonesia Padang Panjang.
Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran saat penyerahan penghargaan IKCI 2018 di Jakarta, Rabu (9/1/2019), mengatakan, pendidikan memang menjadi salah satu fokus mereka.
Apalagi Padang Panjang selama ini dikenal sebagai ”Kota Serambi Mekkah” karena sejak dulu menjadi pusat kegiatan pendidikan, termasuk pendidikan agama Islam.
Menurut Fadly, untuk meningkatkan kualitas pendidikan masa kini, pengintegrasian dengan sistem informasi perlu dilakukan. Tahun ini, misalnya, pihaknya akan membangun ruang kendali darurat (command center).
Peluang besar
Sejalan dengan itu, upaya lain dalam kaitannya mendorong kota cerdas juga dilakukan. ”Sejak dahulu Padang Panjang terus berinovasi untuk bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, misalnya lewat Perda Antirokok hingga jaminan kesehatan jauh sebelum ada asuransi lain,” ujar Fadly.
Menurut dia, sebagai kota kecil, peluang untuk menjadi kota cerdas amat besar karena dari sisi penganggaran juga tidak terlalu besar. Oleh karena itu, dia menargetkan, inovasi-inovasi yang mereka lakukan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam lima tahun ke depan.
”Perubahan sekecil apa pun pasti akan terlihat di masyarakat asalkan dilakukan terus-menerus atau konsisten,” kata Fadly.
Ia menambahkan, tentu perubahan itu tidak akan bisa terjadi tanpa ada optimisme yang dibangun, terutama dari kalangan internal mereka.
”Misalnya, untuk penerapan teknologi, kalau tidak siap di internal, bohong jika bicara tentang inovasi-inovasi. Oleh karena itu, sejak awal kami benar-benar menyeleksi orang-orang yang akan mengisi jabatan-jabatan,” katanya.
”Kebijakan itu sesuai dengan program unggulan kami menjadikan Kota Padang Panjang sebagai kota berintegritas dan bersih dari KKN. Jika itu terwujud (orang-orang dan manajemen yang bagus), inovasi akan muncul dengan sendiri,” lanjut Fadly.