Musim Hujan Belum Mencapai Puncak, Waspadai Longsor Susulan
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
SUKABUMI, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengingatkan, musim hujan belum mencapai puncaknya. Longsor berpotensi terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk juga bencana susulan di Dusun Cimapag, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
”Puncak musim hujan di Jawa Barat masih akhir Januari-Febuari, bahkan hujan masih bisa berlangsung sampai Maret. Sangat penting untuk mengantisipasi bahaya di musim hujan ini, khususnya di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG dan PVMBG bersinergi untuk memberikan peringatan dini,” tutur Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati setelah mengunjungi lokasi longsor di Kampung Cimapag, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jumat (11/1/2019).
”Dengan kondisi curah hujan seperti sekarang, besar kemungkinan adanya longsor susulan. Sebaiknya masyarakat tetap waspada dan menjauhi daerah-daerah rawan longsor. Terlebih daerah ini memiliki kemiringan lereng yang terjal dan tersusun oleh tanah gembur,” ujar Dwikorita.
Kunjungan lapangan ini dilakukan bersama Kepala BNPB Doni Monardo serta Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani.
Doni menyampaikan, semua instansi pemerintah perlu bersinergi untuk mengurangi risiko bencana, termasuk bencana longsor di Cisolok. ”Kawasan ini memang rentan longsor, jadi ke depan sebaiknya tidak dihuni lagi,” kata Doni kepada keluarga penyintas di lokasi pengungsian.
Kawasan ini memang rentan longsor, jadi ke depan sebaiknya tidak dihuni lagi.
Bencana longsor yang terjadi akhir tahun 2018 menyebabkan 32 orang meninggal tertimbun tanah longsor, 1 orang dinyatakan hilang, 64 orang selamat, dan 3 orang cedera. Peristiwa ini menambah daftar panjang bencana longsor di Indonesia yang frekuensinya menurut data BNPB terus meningkat dari tahun ke tahun.
Longsor susulan
Dwikorita mengungkapkan, terkait sinergi ini, BMKG tengah meningkatkan kerja sama dengan PVMBG untuk memberikan peringatan dini longsor. PVMBG telah memetakan wilayah rentan longsor hingga skala kecamatan, sedangkan BMKG bertugas memberikan peringatan dini terkait informasi curah hujan. Integrasi peta geologi dan curah hujan ini bisa memberikan peringatan hingga tiga hari sebelum kejadian kepada BNPB atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Menurut Kasbani, sesuai peta kerentanan bencana geologi, wilayah Cisolok termasuk zona menengah dan tinggi untuk pergerakan tanah karena kemiringannya dan lapisan tebal tanahnya.
Kerentanan ini, lanjutnya, ditambah dengan penanaman sayur-sayuran dan padi, padahal sebelumnya kawasan perbukitan ini merupakan hutan yang menjadi bagian dari zona penyangga Taman Nasional Halimun Salak.
Dengan data ini, menurut Dwikorita, daerah tersebut dapat mengalami gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, yaitu hujan dengan intensitas lebat atau hujan dengan durasi panjang selama beberapa jam atau beberapa hari.
Oleh karena itu, dia juga mengimbau agar daerah yang rawan longsor itu tidak dijadikan lagi sebagai area permukiman warga. Kawasan tersebut direkomendasikan kembali menjadi kawasan lindung.
Dalam kesempatan itu, Doni, Dwikorita, dan sejumlah pejabat secara simbolis menanam akar wangi (vetifer), sukun, dan berbagai tanaman keras lain. Tanaman tersebut bermanfaat untuk memperlambat dan menyebarkan limpasan air, mengurangi erosi tanah, dan menguatkan daya ikat tanah pada lereng agar lebih stabil.