Bepergian semakin diminati masyarakat. Pilihan pelancong semakin beragam. Ada yang melancong ke destinasi populer, namun ada juga yang berminat mendatangi daerah tertentu. Pengelola wisata juga semakin menyadari pilihan turis yang kian beragam, termasuk wisata minat khusus, misalnya naik gunung, arum jeram, atau ski.
Industri pariwisata tak melulu dilihat dari sisi perolehan devisa, namun juga dari sisi layanan. Meskipun, harus diakui, sektor pariwisata dalam tempo singkat bisa menghasilkan devisa. Biaya menginap, membeli makanan dan minuman, menggunakan angkutan umum keliling kota, menggunakan jasa pramuwisata di lokasi wisata, serta membeli cenderamata adalah beberapa pengeluaran wisatawan. Pengeluaran turis itu menjadi pemasukan bagi pelaku usaha dan pengelola tempat wisata.
Bagi negara, ada neraca jasa perjalanan yang menghitung perolehan devisa dari pelawat yang datang ke Indonesia dan pengeluaran devisa dari pelawat yang bepergian ke luar negeri. Pada 2017, neraca jasa perjalanan surplus 4,242 miliar dollar AS, yang dihitung dari belanja 12,199 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dan 9,077 juta wisatawan domestik yang melancong ke luar negeri. Surplus jasa perjalanan ini meningkat dari 2016, yakni sebesar 3,629 miliar dollar AS, yang dihitung dari 10,86 juta wisatawan mancanegara dan 8,509 juta wisatawan domestik.
Melalui kemudahan yang disediakan industri digital, bepergian semakin mudah dan bisa dilakukan segera. Tinggal buka aplikasi di gawai, pilih kota tujuan, lalu ketuk moda transportasi yang sesuai waktu dan kantong, maka pelancong siap bepergian ke destinasi pilihan. Akan tetapi, prinsip memesan moda transportasi jauh-jauh hari untuk mendapatkan harga lebih murah masih tetap berlaku.
Kini, pelancong tak memilih tujuan bepergian berdasarkan keinginan belaka. Mereka juga mempertimbangkan rekomendasi atau pendapat orang lain yang lebih dulu bepergian ke lokasi itu. Bahkan, memilih tempat menginap, maskapai penerbangan, tempat makan, serta jasa perjalanan di lokasi tujuan juga mempertimbangkan tinjauan atau pendapat turis lain. Aplikasi penyedia jasa pemesanan tiket penerbangan dan penginapan juga sudah menyediakan komponen nilai tinjauan sebagai penyaring jasa yang diperlukan pengguna aplikasi.
Saat ini sudah lumrah jika resepsionis hotel menitip pesan kepada tamu yang akan meninggalkan hotel tersebut untuk menuliskan tinjauan atau rekomendasi. Hotel dengan nilai tinjauan 9,3 dari skala 10 akan menarik bagi calon tamu dibandingkan dengan hotel dengan nilai 8. Sisi positifnya, hotel akan memberikan layanan terbaik bagi para tamu yang menginap. Dengan cara itu, tamu akan terkesan dan bersedia merekomendasikan hotel tersebut kepada teman atau kerabat mereka. Sebaliknya, jika layanan asal-asalan, maka tamu yang sama tak akan kembali ke hotel itu lagi. Yang lebih buruk, tamu akan memberikan nilai rendah. Tamu lain akan berpikir ulang untuk menginap di hotel yang sama.
Layanan yang baik akan memberikan citra yang baik, yang berujung pada tinjauan bagus dan nilai yang tinggi. Bagi Indonesia, yang berharap bisa mendulang devisa 20 miliar dollar AS dari 20 juta wisatawan asing pada 2019, tak ada pilihan selain memberikan layanan terbaik yang akan dikenang wisatawan. (Dewi Indriastuti)