Pecak merupakan makanan rumahan orang Betawi. Olahan ikan yang digoreng lalu disiram sambal atau kuah penuh rempah ini begitu lezat segar. Maunya ”nambah” dan ”nambah” lagi. Tak terasa, nasi sebakul pun tandas disantap. Enaknya dijamin ”ngangenin”.
Tidak sulit mencari rumah makan atau restoran yang menghidangkan masakan pecak di Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya. Namun, meski sama-sama mengusung pecak, setiap rumah makan dan restoran mengolah dan menyajikannya secara beragam. Mana yang lebih dahsyat rasanya? Selera masing-masing yang menentukan.
Di Rumah Makan Pecak Gurame Gabus Pucung Es Kelapa 76 di Jalan Raya BSD City Taman Tekno, Ciater Barat, Tangerang Selatan, Banten, pengunjung dapat memilih jenis ikan segar untuk diolah jadi masakan pecak. Di rumah makan di pinggir poros Bogor-Serpong ini tersedia gabus, gurami, ikan mas, lele, bawal, nila, dan belut hidup siap diolah.
”Menu andalan di sini pecak gabus dan gurami,” kata Jaka (43), pemilik rumah makan dengan warna cat dinding hijau dan kuning di Ciater Barat, Kamis (17/1/2019).
Kebetulan, Kamis siang, tersedia pecak gabus berukuran kecil dan sedang. Gabus goreng dengan ekor dan kepala garing asin selanjutnya dilumuri kuah bumbu rempah jahe, kunci, bawang merah, cabai merah, dan air jeruk.
Tangan tak berhenti menyendok masakan yang tersaji di meja. Jika pedasnya kurang nendang, tambahkan sambal terasi yang disajikan satu piring bersama lalapan daun pohpohan, mentimun, dan kemangi.
Rumah makan ini juga menyajikan nasi khusus yang ditanak di dandang serta wadah anyaman bambu di atas tungku. ”Dari dulu sampai sekarang ini, kami memasak nasi di tungku. Rasanya sangat berbeda dengan nasi yang dimasak di rice cooker,” kata Jaka.
Jaka menawarkan dua pilihan kuah pecak, yakni bening tanpa kacang tanah dan dicampur kacang tanah. ”Saya lebih suka kuah bening karena lebih berasa segar dibanding yang kuah kacang,” kata Samsudin (49), warga Pamulang, Kamis siang.
Resep pecak itu, kata Jaka, merupakan resep dari kakeknya, Muhammad Narpan, dan diturunkan kepada putrinya, Mursiti (ibu kandung Jaka). Jaka bersama ibunya sudah memulai usaha keluarga sekitar 15 tahun lalu.
”Kami memakai resep leluhur. Tidak pakai bumbu macam-macam hanya bawang merah, bawang putih, jahe, lada, kemiri,” kata Jaka.
”Rahasia pecak lezat, ikan harus dimasak dadakan. Karena ikan segar, cuma digarami sudah enak,” ujar Jaka.
Di belakang rumah makan terdapat beberapa kolam kecil yang menampung ikan dengan jenis yang berbeda. Dulu, pecak hanya menggunakan ikan gabus dan gurami. Akan tetapi, seiring berkurangnya lahan rawa, ikan gabus mulai menghilang.
Sementara gurami bertahan karena banyak yang membudidayakannya. Lantas muncul pula varian pecak belut dan beberapa ikan lain.
Patin, belut, dan gurami
Sajian pecak berbeda ditemukan di Restoran Pecak Gabus Cisadane di Ruko 1B, Blok BA3 Nomor 9, Jalan Boulevard Gading Serpong, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Selain ikan gabus, tempat ini juga menawarkan pecak gurami, nila, dan patin. Di tempat ini, pecak berbumbu kuah dengan rasa asam kental dari tomat. Kuahnya lebih merah dari cabai dan tomat. Sebagai teman menikmati pecak, restoran yang sudah ada sejak tahun 2016 ini menyediakan sayur jantung pisang.
”Yang khas di sini adalah pecak gabus dan sayur jantung pisang. Tetapi, kalau ikan gabus tidak tersedia setiap saat, tergantung ada tidaknya pasokan ikan gabus,” kata seorang perempuan pegawai restoran ini, Kamis malam.
Lain lagi dengan Nuriah (47), pemilik Lesehan Pecak Belut Sambel Geledek di Jalan Percetakan Negara II, Johar Baru, Jakarta Pusat, yang mengolah pecak mirip pecel lele, makanan Jawa Timur. Belut, kerapu, ikan gurami, nila, dan bawal digoreng.
Selanjutnya disiram sambal terasi. Mereka yang suka dengan sambal pedas akan tergila-gila dengan sambal terasi di sini.
”Dulu kami jual pecak berkuah (berbumbu rempah). Akan tetapi, pelanggan kami di sini lebih banyak yang suka sambal terasi,” jelas Nuriah, Rabu (9/1) malam di rumah makannya di dekat Pasar Johar Baru.
Mencari tempat makan ini tidak sulit karena terletak di pinggir jalan. Namun, untuk mencari warung makan ini, harus lebih teliti karena berada di sekitar banyak pedagang makanan.
Nuriah mulai membuka usahanya ini sejak tahun 2010. Ia menjual pecak belut karena keinginannya sendiri agar menu masakannya berbeda dengan pedagang lainnya.
Untuk mendapatkan belut, Nuriah mendatangkannya dari Cirebon. Sementara terasinya dari kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah.
Restoran Bambu Kuning di Jalan Veteran, Sukasari, Kota Tangerang, Banten, menyajikan pecak gurami dan pecak ayam di antara menu masakan laut.
Berbeda dengan rumah makan lainnya, pecak di restoran ini dilumuri sambal tomat, cabai dan bawang, plus taburan kemangi. Sebagai pelengkap, ada cah kangkung terasi dan sebatok kelapa muda.
Keempat penyaji pecak di atas melayani pelanggan hingga sekitar pukul 21.00. Pecak belut Nuriah bahkan menemani pembeli hingga tengah malam.
Menu-menu lezat bisa ditebus Rp 25.000 per porsi untuk pecak belut, Rp 40.000-Rp 75.000 per porsi untuk pecak gabus dan gurami. Harga ramah kantong berlaku juga untuk sayur serta minuman.
Dijamin kenyang, enaknya membekas di ingatan. Wah, jadi ingin segera balik lagi menyantap pecak idola.