Sebelum Lulus Kuliah, Berlatih Kelola Bisnis Terlebih Dahulu
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mahasiswa bisnis Universitas Prasetiya Mulya menyimulasikan proses jatuh-bangun dalam merealisasikan ide bisnis. Hal ini bertujuan agar mereka mengenal natur bisnis yang kompetitif.
”Bisnis itu tidak seindah yang dibayangkan. Itu tantangan yang harus dipahami sebagai calon pengusaha,” kata Prof Agus W Soehadi, Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Sabtu (12/1/2019), saat membuka Entrepreneur Day 2019, di mal Kuningan City, Jakarta Selatan.
Entrepreneur Day 2019 merupakan pameran bisnis dari mahasiswa S-1 semester I dan III Jurusan Bisnis Universitas Prasetiya Mulya. Pameran bisnis ini sudah dihelat sejak 2007. Mahasiswa semester I fokus pada ide bisnis dan menerjemahkannya dalam prototipe. Sementara mahasiswa semester III dituntut untuk mulai membangun bisnis.
Agus menjelaskan, mahasiswa semester III diseleksi sebelum ikut pameran. Dari 80 kelompok, hanya 30 yang lolos seleksi dan berhak tampil di Entrepreneur Day 2019.
Kelompok yang tidak lolos seleksi kemudian diharuskan bergabung dengan kelompok yang lolos. Prosesnya pun mirip dengan mencari kerja. ”Mereka harus melamar pekerjaan kepada kelompok yang menang,” kata Agus.
Menurut Agus, hal ini memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang situasi riil dari pengelolaan bisnis. Natur bisnis adalah kompetisi. Di sisi lain, hal ini berguna untuk menekan ego sebagai calon pengusaha dan bisa berkolaborasi dengan siapa pun.
Elissa (19) harus berlapang dada karena bisnis kecantikan yang dibuat bersama kelompoknya terjegal di fase kedua seleksi. Iil’Calla, nama kelompok itu, bergerak di bidang kecantikan. Berhubung tidak lolos, ia pun harus bergabung dengan kelompok lain.
Entrepreneur Day 2019 merupakan pameran bisnis dari mahasiswa S-1 semester I dan III Jurusan Bisnis Universitas Prasetiya Mulya.
Di Iil’Calla, Elissa adalah chief executive officer (CEO). Posisinya melorot menjadi bagian pemasaran di kelompok baru. ”Aku sedih. Kelompok kami sudah berusaha maksimal, tetapi tidak lolos,” katanya.
Elissa tak tahu persis mengapa Iil’Calla tak lolos seleksi. Menurut dugaan Elissa, mungkin karena kemasan produk kurang menarik.
Yulissa (19) bersama empat rekan mencoba peruntungan dengan membuat kemeja dipadu kain tenun di bagian belakang. Sejak awal kuliah, ia tertarik membuat bisnis pakaian yang memadukan unsur budaya Nusantara.
Akan tetapi, produk pakaian dengan sablon kutipan-kutipan puisi lebih diterima juri. Bergabunglah ia dengan kelompok itu.
”Membuat bisnis ternyata tak mudah. Tetapi, di kelompok baru ini saya cepat belajar, tak ada kesulitan. Kami membagi tugas sesuai peran masing-masing,” tutur perempuan yang kemudian berperan di bagian marketing ini.
Stan calon pengusaha muda ini terkumpul di lantai tiga dan empat Kuningan City. Di lantai tiga, stan diisi usaha bidang kecantikan, mode, kecantikan, kriya, kimia, dan teknologi. Calon pengusaha muda ini lincah menawarkan produk kepada pengunjung stan.
”Tisu basah ini bisa mengurangi intensitas mandi anjing peliharaan, Bu,” kata seorang penjaga stan kepada pengunjung. Stan itu menjual tisu basah untuk anjing peliharaan.
Menuju lantai empat, pengunjung disambut penjaja makanan atau bagian foods and beverages. Di sisi kanan area makanan, sebanyak 66 stan mahasiswa semester I siap mempresentasikan ide bisnis mutakhir. Ada gembok yang bisa dibuka dengan gawai. Ada juga aplikasi untuk mengerem belanja di e-dagang. (INSAN ALFAJRI)