Tokoh Lintas Agama Tolak Rumah Ibadah Jadi Tempat Kampanye
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tokoh lintas agama Kecamatan Tamansari, Jakarta, dalam deklarasi, Sabtu (12/1/2019), menolak rumah ibadah dijadikan lokasi kampanye, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme. Deklarasi ini sebagai upaya menciptakan kerukunan umat beragama menjelang Pemilu 2019.
Forum Komunikasi Umat Beragama Jakarta Barat bersama tokoh lintas agama Kecamatan Tamansari mendeklarasikan pesan damai di sejumlah rumah ibadah di kawasan Tamansari, Jakarta, Sabtu.
Tokoh lintas agama seperti Ketua MUI Tamansari, Ketua Dewan Masjid Indonesia Tamansari, perwakilan pengurus masjid, pengurus gereja, pengurus wihara, tokoh agama dan tokoh masyarakat, KPU daerah, Bawaslu Tamansari, Sekretaris Camat, Kepala Polsek Metro Tamansari, dan Danramil Tamansari secara bersama membacakan deklarasi menolak rumah ibadah dijadikan lokasi kampanye, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme.
Seusai pembacaan deklarasi, spanduk langsung dipasang di lokasi strategis agar mudah terlihat di rumah ibadah tersebut.
Pembacaan deklarasi dan pemasangan spanduk dilakukan di beberapa rumah ibadah, seperti Masjid Assalam di Jalan Tamansari Raya, Kelurahan Tamansari; Gereja Petrus Paulus di Jalan Mangga Besar Raya, Kelurahan Tangki Tamansari; dan Wihara Avalokitesvara Jalan Mangga Besar Raya, Kelurahan Tamansari.
Ketua MUI Tamansari Jakarta Barat Badri Usman mengatakan sangat mendukung deklarasi yang dilakukan dan kegiatan ini sebagai bukti bahwa wilayah Tamansari siap melaksanakan Pemilu 2019 dengan aman, damai, dan sejuk. Ia sepakat menolak tempat ibadah dijadikan tempat kampanye, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme.
”Ini merupakan bukti kecintaan kami, khususnya Tamansari, agar pemilu yang akan datang berjalan lancar, tertib, tanpa merusak persaudaraan dan kekeluargaan warga Tamansari, salah satunya dengan sama-sama mendukung rumah ibadah tidak dijadikan tempat kampanye,” ujar Badri.
Kepala Polsek Metro Tamansari Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Ruly Indra Wijyanto mengatakan, sebagai aparat keamanan, dirinya sangat mendukung dan menyambut baik deklarasi tokoh lintas agama di Tamansari. Ia menilai, tujuan kegiatan ini untuk menjaga kerukunan umat beragama menjelang Pemilu 2019.
Ruly melanjutkan, keinginan para tokoh lintas agama untuk mewujudkan Pemilu 2019 yang aman dan damai melalui kegiatan deklarasi sejalan dengan Undang-Undang Pemilu yang melarang rumah ibadah, kantor instansi pemerintah, dan sekolah untuk kegiatan kampanye.
Sementara itu, perwakilan pendeta Gereja Petrus Paulus Tamansari mengatakan, pihaknya juga menyambut baik kegiatan deklarasi ini.
”Kami bagian dari Gereja Petrus Paulus dan segenap pengurus gereja yang hadir berharap pilpres ini dapat berjalan dengan baik, indah, damai, dan semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkahi pesta demokrasi ini,” ujarnya.
Pengamat politik sekaligus peneliti di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan, pada tahun elektoral 2019, politik SARA dan politik identitas tetap menjadi jualan. Oleh karena itu, sikap ramah, sopan santun, empati, dan respek yang mulai terkikis harus ditumbuhkan untuk menghindari gesekan.
Syarif menganggap maraknya hoaks tidak semata terkait pilres, tetapi bisa menyebar ke berbagai hal. Jika hoaks terus dibiarkan, hal itu bisa mengancam demokrasi Indonesia.
”Sekarang orang beragama (identitas) menjadi penting. Menciptakan politik pesimistis dengan menghadirkan narasi-narasi menakutkan. Itu tidak menguntungkan untuk kita,” ujarnya. (AGUIDO ADRI)