BANDUNG, KOMPAS-Kawasan RW 007, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat kembali dilanda banjir akibat luapan Sungai Citepus, Minggu (13/1/2019). Ketinggian air mencapai dua meter.
“Tempat ini memang kalau musim hujan kerap dilanda banjir, tapi air tidak pernah masuk rumah karena warga sudah membuat baja pelindung. Namun kali ini ketinggian air sampai dua meter, ini paling parah,” kata Oding Rumawan (59), warga RT 002/ Rw 007 Kelurahan Cibadak.
Oding kecewa atas kejadian rumahnya yang sering kebanjiran, terutama sejak Pemerintah Kota Bandung meresmikan basemen air di Pagarsih, pada Februari 2018. Basemen air itu berukuran lebar 5 meter dan kedalaman 22 meter tersebut dimaksudkan untuk menanggulangi banjir di kawasan itu.
Namun, setelah ada basemen air itu, alur basemen yang berbelok ke Cibadak membuat air Sungai Citepus semakin menyempit pada suatu titik dan kemudian melimpas ke permukiman di kawasan tersebut. Sejak Februari 2018 sampai saat ini, kawasan Cibadak enam kali mengalami banjir yang relatif tinggi.
Banjir menerjang sekitar pukul 18.00, ketika hujan lebat mengguyur mulai pukul 17.00. Saat air makin tinggi, sebagian warga mengungsi sementara di Masjid Al Ikhlas di linkungan RW 007 yang posisinya lebih tinggi.
Banjir tersebut menerjang dengan cepat, dan surut pun relatif cepat. Sekitar pukul 20.00 banjir sudah surut, dan warga langsung bersih-bersih.
Oding berharap Pemkot Bandung segera mencari solusi untuk mengatasi banjir ini. “Kami tidak menuntut apa-apa, tapi tolong Pemkot Bandung segera memberikan solusi. Masa dibiarkan saja seperti ini setiap kali hujan,” ucapnya.
Sementara itu Ny Ela Sofia (30) mengaku sangat cemas ketika banjir melanda. “Karena kali ini berlangsung sangat cepat dan deras arusnya,” kata Ela.
Ela bersama suami dan anak-anaknya ketika air makin tinggi masuk rumahnya segera mengungsi ke masjid terdekat, hingga semua perabot tak dapat diselamatkan, seperti mesin cuci, kulkas, dan lemari pakaian.
Dede Hermawan (55), warga Cibadak yang lain meminta Pemkot Bandung segera melakukan pengerukan dan pelebaran Sungai Citepus.
“Badan Sungai Citepus dari kampung sini sekitar satu kilometer mengalami penyempitan, seperti di Jalan Bojongloa, lebar sungai tinggal dua meteran, salah satunya karena permukiman,” ujar Dede.
Dede juga mengaku heran, kolam retensi Sirnaraga yang dibangun senilai Rp 5,4 miliar, dan baru saja diresmikan oleh Pemkot Bandung, tanggal 8 Januari 2019 lalu di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung seakan tidak berfungsi optimal. Padahal kolam retensi itu dimaksudkan untuk mengurangi banjir di kawasan Pagarasih dan Cibadak.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Arif Prasetya S secara terpisah mengatakan, keberadaan kolam retensi Sirnaraga itu memang belum dapat mengatasi sepenuhnya banjir di kawasan Pagarsih dan sekitarnya.
“Kolam retensi itu baru sekitar 40 persen dapat menghambat atau mengurangi banjir di kawasan Pagarsih. Kami terus mengupayakan untuk menambah kolam retensi, juga berkoordinasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum, dan Dinas Sumber Daya Air Jabar untuk melakukan pengerukan dan pelebaran sungai,” kata Arif.