JAKARTA, KOMPAS — Tawuran kembali terjadi di Perumahan Permata Buana, Jakarta Barat, Minggu (13/1/2019) pukul 06.00. Puluhan remaja yang diduga geng motor saling serang dengan warga Gang Mandor, Jakarta Barat.
”Mereka geng motor yang cari nama (ingin eksis). Dari pantauan kita di situ memang sering terjadi tawuran karena masyarakatnya welcome. Jadi, ada masa, anak-anak muda mereka sudah bersiap untuk saling serang,” kata pimpinan Tim Pemburu Preman Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Barat Inspektur Dua Tamim.
Sebelumnya, Tamim mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa akan terjadi tawuran. Tamim dan enam anggotanya segera menuju lokasi yang berdekatan dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Barat itu.
Polisi menangkap lima tersangka yang masih di bawah umur. Kelimanya masing-masing berinisial BF (15), MAM (17), MR (16), AF (15), dan MD (12).
”Kami melihat segerombolan, ada sekitar 50 motor, dan langsung kami bubarkan. Dari informasi, mereka (pelaku) akan tawuran dengan kampung sekitar,” ujar Tamim.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa empat sepeda motor, empat celurit, dan satu samurai. Saat ini, pelaku beserta barang bukti telah diserahkan ke Satuan Reskrim Polres Jakarta Barat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Tamim mengatakan, para remaja yang melakukan penyerangan tidak hanya dari satu geng motor, tetapi tiga geng motor. Mereka menamakan gengnya Vhesingisrael, Bocah Rese atau Bores, dan Jalur Independent.
Saat ini, polisi kembali memantau aktivitas anggota mereka yang lain. Salah satu caranya melalui media sosial yang kerap kali menjadi wadah komunikasi para geng motor sebelum menyerang. Ada lima akun yang menjadi fokus pantauan polisi.
Tak heran, mereka dapat berkumpul hingga puluhan, bahkan ratusan orang sebelum menyerang. Senjata tajam juga digunakan saat akan menyerang.
”Hampir setiap minggu ada tawuran di sini. Biasanya malam jadi kalau pagi di jalan sudah penuh pecahan beling,” kata pedagang kopi depan Kantor BPN Jakarta Barat, Qodir (54).
Sementara itu, menurut keterangan polisi, kebiasaan tawuran malam telah bergeser di pagi hari. Para pelaku tawuran mengantisipasi keberadaan perugas polisi yang umumnya berpatroli pada malam hari. (E12)