Mengadu, Setelah 21 Tahun Ibunya Tak Pulang dari Arab Saudi
Oleh
windoro adi
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Juwerih, anak sulung pekerja migran Indonesia, Wastini binti Tasir Alwi, mendesak pemerintah membantu memulangkan ibunya yang sudah 21 tahun tidak pulang setelah bekerja di Arab Saudi.
”Sejak umur tujuh tahun, saya sudah ditinggal ibu. Sekarang saya sudah punya satu anak. Ibu belum juga pulang, sementara komunikasi dengan beliau sulit,” kata Juwerih, Minggu (13/1/2019). Ia tinggal di Blok Buyut Gading RT 004 RW 001, Desa Gadingan, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Ia menjelaskan, Wastini berangkat ke Arab Saudi pada 10 Oktober 1998 lewat PT Firhada Jaya Labour Supplier, yang beralamat di Jakarta. Agen yang menempatkan Wastini adalah Al-Dulijan Manpower Supply Agency PO BOX 786, Al-Khobar, Arab Saudi.
”Ibu bekerja di tempat majikan yang bernama Gosim Hamada Al-Paras. Beralamat surat di Domat, Al Jadal, Firesta, Al Jouf, Arab Saudi. Selama di sana, ibu baru sekali berkirim surat dan bertelepon tahun 2008. Setelah itu tidak ada kabar lagi. Kami dan anggota keluarga lain tak bisa menghubungi,” ucap Juwerih.
Saat bertelepon, lanjut Juwerih, ibunya sempat menyampaikan kepada majikannya untuk pulang, tetapi tidak diizinkan.
Dasiwan, tim Advokasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Indramayu, mengatakan, telah menerima pengaduan Juwerih dan akan segera menindaklanjuti pengaduan tersebut. ”Kami akan melayangkan surat pengaduan ke Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri,” katanya.
Ia menjelaskan, nasib pekerja migran Indonesia (PMI) di Timur Tengah sampai sekarang memang lebih buruk dibandingkan nasib PMI di Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. ”Dari 54 pengaduan yang kami terima, sepertiga pengaduan berasal dari PMI di Timur Tengah. Dari jumlah tersebut, 10 persen di antaranya terjerat kasus penganiayaan,” kata Dasiwan.
Ia mengimbau kepada calon PMI agar tidak lagi memilih bekerja di Timur Tengah. ”Jangan bekerja di sana. Sudah banyak yang bernasib malang di sana,” kata Dasiwan.