Mutiara Rote Ndao
Rote Ndao adalah mutiara. Panas terik matahari tak mampu mengaburkan keindahannya. Jejaknya ada di hamparan padang tandus, pada pokok-pokok pohon yang kering meranggas, pada debur ombak pantai dan senja yang magis di pengujung hari.
Selama ini, persepsi banyak orang tentang Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, adalah tanah kering, panas, dan tandus. Imaji itu tak bisa dipisahkan dari kondisi alam Rote Ndao yang nyaris sepanjang tahun didekap terik matahari, bersuhu panas karena curah hujan yang amat sedikit.
Namun, percayalah, meski Rote Ndao kering dan tandus, ada begitu banyak keindahan yang menanti untuk dinikmati. Ke mana pun kaki melangkah, keindahan itu selalu tertangkap mata dan terekam kuat dalam memori.
Perjalanan menuju Rote Ndao bisa ditempuh dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, menggunakan beberapa pilihan transportasi berupa pesawat kecil, feri, maupun kapal cepat. Dari Baa yang merupakan ibu kota Rote Ndao, perjalanan menuju Desa Boa memakan waktu 1,5 jam hingga 2 jam dengan kendaraan roda empat.
Suhu udara kala itu sedang panas, melebihi 30 derajat celsius. Namun, rasa penasaran dan dorongan hasrat untuk menikmati kecantikan pantai-pantai Rote Ndao mengalahkan keengganan karena suhu panas yang terasa.
Rote Ndao menawarkan keindahan yang begitu alami, murni, dan tak terpolusi. Salah satunya seperti yang ditawarkan Pantai Batu Pintu. Pantai ini berada di Desa Boa, Rote Barat.
Perjalanan darat menuju Boa pun benar-benar menyuguhkan keindahan yang seolah tiada habisnya. Mata seolah tak percaya menyaksikan punggung-punggung perbukitan yang, meski tak hijau, tetap mampu menghadirkan keindahan.
Pun pada pohon-pohon yang sebagian kering meranggas, sebagian lagi tetap hijau, meski tumbuh di atas tanah tandus. Pemandangan yang tersaji adalah perpaduan warna kontras yang indah. Keindahan itu semakin sempurna dengan hamparan langit biru dengan awan-awan putih serupa kapas.
Di bagian lain, pohon-pohon lontar yang tetap hijau berdiri tegak memberikan keteduhan. Lontar memang menjadi pohon kehidupan bagi masyarakat Rote Ndao. Pohon ini pengayom dari terik matahari yang membara. Berdiri di bawah kawanan lontar, suhu panas seolah menguar lenyap ke angkasa.
Pintu gerbang
Pantai Batu Pintu ditandai dengan bongkahan karang raksasa yang di bagian bawahnya hampir seluruhnya berongga sehingga menyerupai pintu gerbang. Riky yang siang itu menjadi pemandu perjalanan mengatakan, karena bentuk batu karang yang menyerupai pintu itulah pantai tersebut dinamai Pantai Batu Pintu.
Pemerintah setempat sejak beberapa tahun lalu telah memberikan sedikit ”sentuhan” demi kenyamanan pengunjung. Tujuannya agar lokasi tersebut tetap terkesan alami, tak banyak polesan ”kosmetika’ yang justru menghilangkan otentisitasnya.
Sentuhan itu berupa jalan setapak menuju batu karang yang berfungsi sebagai lokasi pandang, juga pagar kayu sederhana yang dipasang di sepanjang jalur menuju puncak. Selain menjamin kenyamanan, itu juga demi keamanan pengunjung.
Di Pantai Batu Pintu, sejauh mata memandang, yang ada hanya keindahan belaka. Dada seolah sesak menangkap seluruh keindahan yang terasa menyergap dari segala penjuru. Rasa kagum menyeruak tanpa bisa dibendung.
Kagum menyaksikan pohon-pohon kelapa yang dahannya bergerak berirama diembus angin pantai. Kagum melihat batu-batu karang dengan berbagai vegetasi yang menyuguhkan panorama indah di berbagai titik.
Di bagian pantai yang menjorok ke daratan, air laut beralas pasir putih dengan air yang berwarna hijau toska, bergradasi menuju biru pekat di laut lepas. Sulit rasanya menahan diri untuk tidak menceburkan badan dan merasakan segarnya air laut itu.
Sayang, cuaca yang tiba-tiba mendung dan turun rintik hujan menghalangi niat untuk menikmati air laut yang menyegarkan.
Berada di antara orkestra pemandangan alam nan megah seperti itu, waktu serasa lesap tak berbekas. Di tengah alam yang sunyi, nuansa keindahan begitu nyata. Alangkah beruntungnya Rote Ndao dianugerahi pantai dengan pemandangan cantik alami seperti itu.
Di kejauhan tampak Pulau Ndana yang merupakan pulau terluar di bagian selatan Indonesia. Pulau dengan hamparan pasir putih yang terlihat seperti garis memanjang itu tak berpenghuni, hanya dijaga oleh Tentara Nasional Indonesia. Konon, Pulau Ndana juga memiliki panorama tak kalah indah.
Karang raksasa
Tak jauh dari Pantai Batu Pintu, kembali ke arah Boa, ada Pantai Lifu Lada di Desa Oenggaut, Kecamatan Rote Barat. Pantai yang berada satu garis pantai dengan Pantai Batu Pintu ini juga didominasi batu karang berukuran besar yang menjadi salah satu kekhasan Lifu Lada.
Di jajaran batu karang raksasa yang membingkai lanskap pantai, terdapat aksara bertuliskan Lifu Lada berukuran besar dengan warna merah menyala. Ukurannya yang besar seolah mengalihkan perhatian pengunjung dari lanskap alam yang permai.
Selebihnya, hamparan pasir putih yang berpadu dengan debur ombak Lifu Lada adalah pemandangan yang layak direguk sepuas mungkin hingga tuntas. Bertelanjang kaki di antara hamparan pasir dan merasakan jilatan air laut yang tak henti menghampiri bibir pantai menciptakan sensasi perasaan yang menenangkan. Sunyi sepi, hanya berteman suara alam.
Tak jauh dari Lifu Lada, ada Pantai Nembrala. Sembari menanti senja yang magis di Pantai Nembrala, mencicipi kuliner Rote adalah pilihan terbaik. Tak ada ikan bakar, nasi tumpeng mini dengan sate cumi cukup mengobati hasrat untuk menikmati sari laut Rote Ndao hari itu.
Menjelang senja, Pantai Nembrala yang kerap disebut sebagai surga bagi para peselancar itu rupanya juga menjadi incaran banyak orang untuk menutup hari. Banyak di antara pengunjung sore itu merupakan warga lokal.
Mereka sengaja berjalan di jalan setapak tak jauh dari pantai, membawa serta anjing peliharaan. Semburat jingga matahari senja yang perlahan masuk ke peraduan menghadirkan pemandangan yang selalu berhasil memikat hati. Senja di Nembrala memang layak dinanti.
Sayang, sore itu tak ada peselancar yang meramaikan Pantai Nembrala karena pantai ini sedang ditutup sementara untuk renovasi. Biasanya banyak peselancar asing berkunjung, mencoba menaklukkan ombak Pantai Nembrala. Mereka bisa dengan mudah ditemukan di kawasan pantai dengan papan selancar mereka.
Batu Pintu, Lifu Lada, dan Nembrala dengan segala jejak keindahannya membuat Rote Ndao selalu di hati….