Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan, Indonesia Kunjungi AS
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tahun ini ekspor nonmigas ditargetkan mencapai nilai 175,9 miliar dolar Amerika Serikat atau naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu. Di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan kinerja ekspor, salah satunya dengan Amerika Serikat.
Pada 14-19 Januari 2019, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS). “Ini merupakan strategi meningkatkan kinerja ekspor salah satunya melalui forum bisnis dan business matching antarpengusaha di kedua negara,” kata Enggartiasto dalam keterangan pers, Minggu (13/1/2019).
Dalam kunjungan kerja itu, Enggartiasto akan bertemu dengan secara bilateral dengan Duta Besar USTR Robert Ligthizer. Pertemuan itu bertujuan mendialogkan persoalan keistimewaan tarif yang diberikan AS dalam sistem preferential umum (GSP).
Selama ini Indonesia mendapatkan tarif bea masuk sebesar nol persen pada 3.546 produk Indonesia. Namun, pada Oktober 2017, pemerintah AS melalui Perwakilan Perdagangan AS (USTR) mengeluarkan Peninjauan Kembali Penerapan GSP Negara (CPR) terhadap 25 negara penerima GSP, termasuk juga Indonesia. Selanjutnya, pada 13 April 2018, USTR memastikan akan melakukan peninjauan pemberian GSP kepada Indonesia, India, dan Kazakhstan.
Pemerintah Indonesia dalam tujuh bulan terakhir telah berkoordinasi dengan AS untuk mempertahankan status Indonesia agar tetap mendapatkan keistimewaan di bawah skema GSP. Sebab, program itu dinilai memberi manfaat baik kepada eksportir Indonesia maupun importir AS.
Misi dagang
Kunjungan kerja ke AS tidak hanya diisi dengan pertemuan formal, tetapi juga diikuti dengan penjualan secara langsung melalui misi dagang. Dalam kunjungan itu, Enggartiasto juga memboyong 15 pengusaha dalam negeri turut serta dalam misi dagang itu.
Selain itu, turut serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Indonesia Biofuels Producers Association (APROBI-IBPA), dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).
Kementerian Perdagangan mencatat, total perdagangan Indonesia-AS dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren positif sebesar 0,39 persen. Pada tahun 2017, AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-2 setelah China dengan nilai 17,1 miliar dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke AS, antara lain udang; karet alam; alas kaki; ban, dan pakaian wanita.
Sementara dari segi impor, AS menjadi negara sumber impor nonmigas ke-5 bagi Indonesia senilai 7,7 miliar dolas AS. Produk impor utama Indonesia dari AS, antara lain kacang kedelai, kapas, gandum, residu pabrik tepung dan limbah makanan, serta makanan olahan untuk hewan.
Pada Januari-November 2018, neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar 4,64 miliar dolar AS. Dalam periode tersebut, ekspor secara keseluruhan tumbuh positif sebesar 7,7 persen dengan nilai ekspor migas sebesar 15,65 miliar dolar AS dan ekspor nonmigas 150,14 miliar dolar AS. (E06)