Jauh sebelum Stasiun Palmerah lumayan modern seperti saat ini, setidaknya ada dua pedagang asongan koran yang berjualan di stasiun tersebut. Awalnya bebas-bebas saja berjualan menawarkan berbagai koran, tabloid, atau majalah. Kemudian ada masanya, mereka tetap berdagang di dalam stasiun tetapi sembunyi-sembunyi. Belakangan, sepertinya sejak masuk dan keluar di stasiun yang sama mesti bayar tiket, mereka tidak lagi berjualan di sekitar peron.
Salah seorang di antaranya kini berjualan di sekitar tangga penyeberangan Stasiun Palmerah tersebut. Namanya Emon. ”Sebut saja Emon, orang-orang juga memanggilnya seperti itu,” katanya saat ditanya siapa nama sebenarnya.
Dengan memakai rompi biru, Emon masih tetap memeluk sejumlah koran dan tabloid yang dijajakannya. Sesekali ada juga orang yang membeli koran walau lebih banyak di antaranya yang mengabaikannya. Lelaki berkaca mata itu selalu tersenyum melayani pembeli yang menukar recehannya dengan koran atau tabloid.
Namun, ada yang lebih menarik perhatian di antara pekerjaannya sebagai penjaja koran. Setiap jam makan siang, belasan kucing mengerumuni Emon. Bukan saja di sekitar tubuh lelaki murah senyum itu, tetapi juga di sekitar tangga bawah penyeberangan.
Ya, kucing-kucing itu selalu mendapat jatah makan siang dari penjaja koran itu. ”Menu”-nya sederhana saja, nasi putih yang dicampur aduk dengan ikan kembung goreng atau lauk lainnya. ”Sekali-kali, mereka saya kasih makan Whiskas (merek makanan kucing) juga,” katanya.
Emon menyisihkan penghasilannya dari penjualan korannya yang tidak seberapa untuk membeli nasi berlauk ikan untuk kucing-kucing liar itu. Seperti sudah terjadwal, kucing-kucing itu akan berdatangan saat jam makan tiba. Emon membagi makanan di atas kertas bungkus dalam beberapa titik untuk mencegah kucing berebutan. Kucing-kucing itu menunggu sebelum Emon menyajikan makanan untuk mereka. Semua dilakukan Emon sambil mengajak ngobrol kucing dan menegur jika ada kucing yang menyerobot makanannya.
Bagi orang yang bukan penyayang kucing atau anjing, apa yang dilakukan Emon itu tidak masuk akal. Perhatian terhadap kucing-kucing liar dengan rutin, mengajak ngobrol, dan memberi makan kucing-kucing itu tidak biasa. Namun, bagi penyayang kucing, binatang berbulu halus itu bisa berkomunikasi: marah, kesal, takut, dan ingin bermanja-manja. Meongan saat lapar akan berbeda dengan sekadar suara lainnya.
Makanya, ketika beberapa waktu lalu tersiar kabar Pemprov DKI Jakarta akan merazia kucing-kucing yang berkeliaran di wilayah Ibu Kota, para warganet penyayang binatang pun khawatir. Di antara hiruk-pikuk berita politik, kampanye caleg dan pasangan capres-cawapres, ataupun berita hoaks yang terus menggelontor berbagai media, mereka gusar luar biasa.
Sebenarnya rencana yang akan dilakukan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta itu merupakan upaya untuk mencegah penyebaran penyakit hewan menular dari kucing dan anjing. Mereka pun tidak hanya merazia kucing ataupun anjing-anjing liar, tetapi akan melakukan sosialisasi kepada warga bagaimana memelihara binatang peliharaannya agar tidak membahayakan.
Namun, kekhawatiran penyayang kucing dan anjing itu menjadi-jadi karena simpang siurnya rencana razia binatang kesayangan banyak orang itu. Kabar berseliweran di media sosial adalah tidak ”berperikebinatangannya” petugas menangkap kucing-kucing itu. Bahkan, ada juga kabar beredar (hoaks pasti), jika kucing-kucing liar tertangkap, dagingnya akan menjadi santapan buaya di Kebun Binatang Ragunan. Walaupun tidak masuk akal, hoaks itu menjadi teror sendiri.
Menanggapi polemik terkait ”warga binatang” Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun menunda kegiatan penangkapan kucing yang digelar sejak Selasa (8/1/2019) itu. Perintah penundaan Anies itu disampaikan melalui akun Instagram pribadinya. Selain memerintahkan penundaan penangkapan, dia juga meminta dinas terkait mengajak bicara organisasi/komunitas pengelola (mungkin maksudnya penyayang) binatang dan melakukan bersama pengendaliannya.
Begitulah rumitnya Ibu Kota, bukan cuma urusan dari lahir hingga warganya yang menjadi permasalahan. Urusan kucing dari kucing garong hingga kucing liar pun menjadi masalah tersendiri.