JAKARTA, KOMPAS — Industri asuransi terus berlomba untuk menarik calon nasabah. Inovasi produk dan layanan dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Presiden Direktur PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Jens Reisch dalam peluncuran Prucritical Benefit 88 di Jakarta, Senin (14/1/2019), mengatakan, seiring dengan perubahan zaman dan teknologi, interaksi manusia ikut berubah. Oleh karena itu, pelaku industri asuransi perlu mendefinisikan kembali produk yang memenuhi kebutuhan manusia.
Upaya tersebut dapat terlihat dari semakin bervariasinya produk asuransi yang ditawarkan. Produk asuransi kini telah masuk hampir di seluruh aspek kehidupan masyarakat, seperti asuransi jiwa, barang, pendidikan, kecelakaan, dan bencana alam.
Reisch mencontohkan, sebuah produk perusahaan asuransi Prudential yang terbaru menambah aspek yang selama ini jarang terpikirkan. Produk ini menawarkan perlindungan untuk biaya pengobatan rumah sakit beserta biaya hidup selama sakit yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga.
”Selain itu, kami juga mengombinasikan teknologi dan sumber daya manusia untuk berinteraksi dengan nasabah dan mitra bisnis,” kata Reisch.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT AXA Mandiri Financial Services Handojo Gunawan Kusuma mengucapkan, AXA Mandiri telah menggunakan platform komunikasi digital untuk memberi informasi terbaru kepada nasabah terkait polis.
”Kami menggunakan Whatsapp. Kami sebenarnya juga sudah memiliki proses e-claim atau easy claim via Whatsapp dengan nilai klaim maksimal Rp 3 juta,” kata Handojo.
Mantan Komisaris Independen AJB Bumiputera 1912 dan pengamat asuransi Irvan Rahardjo menambahkan, upaya menarik nasabah juga dilakukan oleh pelaku usaha melalui produk bancassurance atau kerja sama pemasaran asuransi dengan perbankan.
Namun, lanjutnya, perusahaan asuransi harus dapat menjaga kepercayaan nasabah. Selama beberapa tahun terakhir, semakin marak berita terkait perusahaan asuransi yang gagal dan menolak membayar klaim. Pelaku usaha wajib menerapkan manajemen perusahaan dengan sehat secara konsisten.
Tantangan
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan, tantangan perusahaan asuransi untuk berkembang pada 2019 adalah dengan melakukan digitalisasi layanan secara bertahap. ”Jangan sampai industri asuransi layu sebelum berkembang,” katanya.
Saat ini, penetrasi industri asuransi masih minim. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi industri asuransi baru sebesar 3,01 persen per November 2018. Sementara belakangan muncul layanan jasa keuangan dalam format baru dan lebih modern.
Penetrasi industri asuransi masih minim, hanya 3,01 persen per November 2018.
Dody berpendapat, dampak digitalisasi kini mulai dirasakan perbankan dengan adanya keberadaan perusahaan teknologi finansial (tekfin) dengan layanan produk yang sama. Kondisi serupa diperkirakan dapat terjadi pada industri asuransi dalam waktu dekat.