[caption id="attachment_10040144" align="alignnone" width="720"] Kawah Gunung Anak Krakatau kembali muncul di atas daratan, Minggu (13/1/2019). Ini menandai evolusi baru gunung ini setelah erupsi dan longsornya sebagian tubuhnya sehingga memicu tsunami pada 22 Desember 2018. Anak Krakatau memulai kembali siklus membangun tubuh gunungnya. KOMPAS/AHMAD ARIF (AIK) 13-01-2019[/caption]CILEGON, KOMPAS-Jumlah korban bencana alam yang terus meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi bencana menutut perubahan perspektif dan strategi untuk menanggulangninya. Sinergi antar intansi pemerintah, selain juga dengan kalangan swasta, para akademisi, dan masyarakat menjadi kunci mitigasi bencana.
"Kita memang tinggal di zona yang rawan. Bencana bisa terjadi sehari-hari, suka ataupun tidak suka. Berbagai cara dan kekuatan dikerahkan untuk mencegah kembali terjadinya korban jiwa dan juga mengurangi kerugian ekonomi," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, di Cilegon, Banten, Minggu (13/1/2019).
Selama tiga hari, Doni melakukan kunjungan lapangan pertama ke kawasan terdampak bencana tsunami di pesisir Banten dan Lampung, sejak diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Kepala BNPB pekan lalu.
Dalam kunjungan ini, dia mengajak jajaran pimpinan sejumlah instansi terkait, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut. Selain itu, para pakar kebencanaan turut serta untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dan kalangan swasta serta industri.
Doni meminta agar masing-masing instansi bersinergi, termasuk dalam menyampaikan informasi terkait kebencanaan kepada publik. "Ke depan, semua pernyataan terkait kebencaan akan dikoordinasi satu pintu di BNPB," kata dia.
Untuk internal BNPB, dia berjanji melakukan pembenahan kelembagaan, misalnya penyusunan standarisasi hunian sementara dan hunian tetap, efisiensi penggunaan dana dan pencegahan korupsi. Sedangkan untuk tanggap darurat, akan dibuat aturan untuk pelibatan TNI/Polri.
Terkait dengan pengurangan risiko tsunami, menurut Doni, berbagai peraturan yang ada, seperti sempadan pantai dan aturan mengenai standar bangunan harus ditegakkan. Selain meningkatkan peralatan untuk peringatan dini, dia juga menekankan pentingnya menanam berbagai jenis tanaman keras yang memiliki sistem perakaran kuat di pesisir sebagai benteng alam terhadap tsunami.
Mengenai banyaknya bangunan publik dan perumahan masyarakat yang dilalui jalur patahan aktif, Doni menyatakan akan menjadikan pemberian informasi mengenai kerentanan gempa di jalur patahan ini sebagai salah satu prioritas kegiatan untuk tahun ini. Harapannya ini akan membuat masyarakat di zona rentan menjadi sadar risiko dan berhati-hati membangun di kawasan ini.
Selain menemui sejumlah kepala daerah dan korban tsunami, Doni juga menggelar pertemuan dengan para pelaku usaha di Kawasan Industri Chandra Asri Cilegon. Berdasarkan peta karawan gempa dan tsunami PVMBG, kawasan industri ini termasuk dalam zona rawan bencana sedang dengan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai tiga meter.
Anak Krakatau
Dalam kesempatan ini, Doni juga mengajak para pimpinan lembaga dan para pakar melihat perkembanganGunung Anak Krakatau dari udara. Pantauan Kompasyang turut dalam penerbangan ini, kawah Gunung Anak Krakatau kembali muncul di atas daratan. Ini menandai evolusi baru gunung ini setelah erupsi dan longsornya sebagian tubuhnya sehingga memicu tsunami pada 22 Desember 2018.
Setelah letusan besar pada Desember waktu itu, diketahui kawah Anak Krakatau sempat berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah barat dengan pusat letusan berada di bawah permukaan laut. Namun, menurut data PVMBG, saat ini telah tumbuh kerucut baru di dalam kawah tapal kuda seluas 18 Ha dan diameter kerucut 450 meter. Kawah baru ini memiiki diameter 400 meter dan luas 12 ha.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, saat ini Anak Krakatau masih pasa fase pertumbuhan sehingga terus membangun tubuh gunungnya. “Meskipun aktivitasnya masih tinggi, namun mulai menurun. Sejak beberapa hari terakhir ini, juga sudah tidak ada erupsi. Diharapkan ke depan semakin stabil,” kata dia.
Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar Prasetya mengatakan, melihat perkembangaan Anak Krakatau saat ini ancaman tsunami dari longsoran seperti terjadi tanggal 22 Desember 2018 lalu sudah kecil. “Untuk tsunami ancamannya tinggal dari terjadinya caldera collapse dan letusan bawah laut. Namun itu butuh energi amat besar, jadi untuk saat ini sepertinya belum mungkin,” kata dia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan, selain ancaman tsunami dari Anak Krakatau, kawasan Selat Sunda juga sangat rentan terdampak tsunami dari gempa bumi di zona raksasa megathrust Selat Sunda.Untuk mengurangi risiko ke depan, selain dengan meningkatkan sistem peringatan dini tsunami, pendidikan kepada masyarakat menjadi sangat penting.
Doni menambahkan, pihaknya akan mendorong para tokoh berbagai agama untuk terlibat dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Sedangkan pelattihan evakuasi, akan didorong untuk dilakukan hingga tingkat Rukun Tetangga.