BEKASI, KOMPAS — Limbah minyak di timbunan tanah atau lumpur yang menyebabkan tiga anak mengalami luka bakar dan melepuh di tepi Kanal Timur, Desa Sagara Makmur, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (10/1/2019), diduga sudah tersimpan hampir setahun.
Senin (14/1/2019) sore, di timbunan tanah di wilayah RT 004 RW 012, Desa Sagara Makmur, khususnya lokasi yang mengandung limbah minyak itu sudah dipasangi garis polisi. Timbunan lumpur yang sudah kering itu berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau busuk.
Belum diketahui siapa pembuang limbah tersebut. Namun, warga sering mendengar truk lalu-lalang saat tengah malam.
Permukaan lumpur kering itu tampak pecah dan di beberapa tempat tergenang air dan mengeluarkan gelembung. Air tersebut bercampur minyak.
Sore itu, sejumlah aparat kepolisian dari tim Gegana Polri didampingi aparat Polsek Tarumajaya mengambil sebagian dari tanah itu sebagai sampel untuk diteliti. Hawa di sekitar lokasi tersebut pun terasa lebih hangat.
Berdasarkan informasi warga sekitar lokasi, tanah kosong itu dulunya merupakan empang yang dimanfaatkan warga untuk memelihara ikan. Baru sekitar satu tahun lalu, empang itu ditimbun tanah membentuk tanah lapang.
Mulia Sari (76), warga sekitar yang tinggal berjarak 50 meter dari lokasi tersebut, mengatakan, tanah yang digunakan untuk menimbun empang itu berasal dari tanah bekas batubara. Namun, ia tidak mengetahui dari mana tanah itu berasal.
Ia menyebutkan, sebagian tanah itu, khususnya yang berwarna hitam, sering mengeluarkan asap. Pihaknya tidak memedulikan kejadian tersebut karena menganggap timbunan tanah itu hanya mengeluarkan uap air.
”Saya baru tahu bahwa tanah itu panas saat ada bocah yang terbakar. Kejadiannya sekitar pukul 12 siang,” ucap lelaki asal Indramayu, Jawa Barat, itu.
Tanah lapang itu, kata Mulia, milik pengusaha peleburan besi dan tembaga asal Marunda, Jakarta Utara. Namun, ia tidak bisa memastikan siapa yang melakukan penimbunan karena dibuang pada malam hari.
Udin (50), warga RT 013 RW 012 Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kejadian, mengatakan, pembuangan urukan tanah atau lumpur sering terjadi di sekitar pinggir kali Kanal Timur.
Ia juga menyebutkan, pembuangan dilakukan pada dini hari atau sekitar pukul 02.00. ”Dari dulu, setiap malam itu pasti ada truk yang lewat. Saat bangun tidur, ada saja tumpukan tanah di sekitar sini,” ujarnya.
Tanah itu, lanjut Udin, biasanya dimanfaatkan warga untuk menutupi pekarangannya. Sebagian dari tanah itu sering bercampur minyak dan mengeluarkan bau busuk. (STEFANUS ATO)