Memajukan Petani dengan Kentang Berkualitas
Kentang (Solanum tuberasum) kaya akan kalori dan vitamin C. Namun, di masyarakat ia lebih sering diperlakukan sebagai lauk-pauk ketimbang makanan pokok. Padahal, kentang bisa menjadi sumber karbohidrat yang aman bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi karbohidrat berlebihan. Potensi ini disadari petani kentang di lereng Merapi-Merbabu. Sayangnya, mereka kesulitan memperoleh bibit kentang yang berkualitas.
Kondisi ini disadari Agus Wibowo, mahasiswa tingkat akhir Jurusan Agro Teknologi, Fakultas Pertanian (FP), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Sejak 2016, ia merintis usaha pembibitan kentang berkualitas tinggi.
Anak muda ini memanfaatkan tanah milik ayahnya, Sulamin (47), di Dusun Kragon, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai lahan pengembangan kentang. Agus dibantu Adie Bayu Putra, adik tingkat di FP UNS, serius menekuni budidaya kentang.
Untuk mengangkat potensi kentang, Agus membentuk lembaga usaha Agro Lestari Merbabu (ALM) yang kini beranggotakan sekitar 15 petani muda dari lingkungan setempat.
“Saya merintis budidaya kentang mengingat harganya stabil di pasaran, di kisaran Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Permintaan kentang tinggi, terutama di kalangan rumah makan maupun pabrikan. Namun produksinya masih rendah,” ujar Agus ketika ditemui beberapa saat lalu.
Sebagai anak petani kentang, Agus merintis usaha ini sebenarnya untuk menyelesaikan permasalahan seputar pertanian kentang yang dialami ayah dan rekan-rekannya sesama petani kentang. Selama belasan tahun, ketergantungan petani di kawasan dataran tinggi pegunungan Merbabu-Merapi terhadap benih kentang dari Jawa barat sangat tinggi.
Sayangnya, petani kerap merugi. Pasalnya, kualitas benih yang dibeli terkadang tidak sesuai kenyataan. Para penjual bibit kentang berpromosi bibit yang dijualnya berkualitas tinggi. Namun, tidak jarang 60 persen dari yang mereka jual busuk atau tidak tumbuh tunas. Padahal, kebutuhan bibit atau benih kentang di kawasan Merbabu-Merapi cukup besar, mencapai 1-2 ton per petani.
“Saya berpikir, jika kami bisa menghasilkan sendiri bibit kentang yang berkualitas, tentu banyak petani tertolong. Tidak lagi jadi korban penjual yang nakal. Ada banyak uang terselamatkan,” ujar Agus Wibowo.
Sebagai daerah potensi sayuran, belum banyak lahan di lereng Merbabu yang ditanami kentang. Baru sekitar 10 persennya saja. Padahal, ketinggiannya ideal, yakni 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl).
Saya berpikir, jika kami bisa menghasilkan sendiri bibit kentang yang berkualitas, tentu banyak petani tertolong.
Pada November 2016, Agus mantap memulai usaha pengembangan bibit kentang berkualitas. Dengan modal awal Rp 50 juta, yakni dari hasil penjualan sapi ternak dan tabungan hasil pertanian, Agus nekat berkeliling sentra pertanian kentang untuk mempelajari budidaya kentang.
Salah satu syarat pembenihan kentang adalah memiliki green house (rumah bibit) yang steril agar bibit yang baru disemai terlindung dari hama. Sayangnya, ketika itu modal Agus belum cukup. Agus beruntung bertemu dengan Slamet Rohman, Ketua Asosiasi Penangkar Benih Kentang dari Banjarnegara.
Dengan lahan milik sendiri dan atas bantuan Slamet Rohman, Agus mampu membangun rumah bibit senilai Rp 100 juta. Rumah bibit itu mampu menghasilkan bibit kentang sebanyak 60.000-70.000 knol (biji) selama masa tanam 70 hari. Harga bibit Rp 2.000 per knol.
Melatih Petani
Di dalam rumah bibit berukuran 8 X 45 meter, pembiakan tanaman kentang menggunakan media cocopeat agar lebih steril. Media ini juga mampu menyimpan air 10 kali lebih banyak dan lebih baik ketimbang media tanah. Setiap tanaman bisa menghasilkan 5-8 knol kentang berbagai ukuran.
Bibit yang dihasilkan pun bervariasi, mulai dari G0 hingga G4. Artinya, petani dapat memanfaatkan turunan bibit produksi ALM hingga turunan keempat. Ukuran bibit tersedia mulai dari ukuran SS, SM dan M.
“Kami tidak hanya menghasilkan bibit berkualitas. Bibit yang dipasarkan pun sudah memperoleh sertifikasi dari Kementerian Pertanian, berikut tanda lulus uji sertifikasi untuk pemasarannya," ujar Adie Bayu Putra.
Petani yang membeli bibit dari ALM memperoleh keuntungan ganda, yakni bibitnya berkualitas dan mendapat jaminan garansi penggantian jika bibit yang diterima tidak tumbuh tunas. "Dengan menggunakan bibit kentang dari ALM, berarti petani juga bersedia mematuhi pola tanam sesuai prosedur,” lanjut Adie.
Untuk memberikan jaminan produk terbaik, Agus Wibowo dibantu petani yang sudah bergabung, mengadakan pelatihan menanam kentang dengan pola baku sesuai standar. Untuk itu, Agus menyediakan lahan 10 hektar untuk menanam kentang hasil penangkaran sendiri. Petani-petani muda di sekitar Blabak antusias mengikuti pelatihan ini.
Hasilnya, panen tahun lalu bisa mencapai 20 ton lebih. Hasil yang jauh melampaui panen pada umumnya yang hanya menghasilkan kentang rata-rata 16 ton per hektar.
Dengan hasil panen yang berlimpah, petani tentu saja antusias beralih menggunakan bibit dari rumah pembibitan kentang ALM. Kini, petani yang terlibat mencapai lebih dari 80 orang dan tersebar di sejumlah desa di Ngablak.
Ketika dikunjung akhir Oktober lalu, rumah bibit baru selesai panen. Stok bibit kentang banyak tersedia, yakni untuk varian G0 sebanyak 7.000 knol, sedangkan varian G2 mencapai 5 ton. Pemasaran bibit tidak hanya secara langsung, tetapi juga daring untuk melayani petani dari luar Jawa Tengah.
Kami tidak hanya menghasilkan bibit berkualitas. Bibit yang dipasarkan pun sudah memperoleh sertifikasi dari Kementerian Pertanian, berikut tanda lulus uji sertifikasi untuk pemasarannya
Petani setempat, Sulamin menuturkan, dengan bibit kentang berkualitas dari ALM, petani dapat berhemat hingga tiga kali tanam. Pasalnya, tidak perlu membeli bibit lagi untuk tanam kedua hingga masa tanam terakhir. Dengan begitu, dana pembelian bibit bisa ditabung.
“Petani pun tidak perlu khawatir. Beli bibit sebanyak apa pun tidak akan tertipu atau mendapat bibit busuk,” ujar Sulamin.
Kini, Agro Lestari Merbabu tengah merintis pengolahan hasil kentang agar kentang petani tidak dijual mentahan begitu saja. Para petani, terutama istri dan anggota keluarga lainnya, tengah mengikuti pelatihan pengolahan kentang menjadi keripik dan tepung untuk meningkatkan nilai ekonomi kentang. Atas keberhasilannya menyediakan penangkaran bibit kentang berkualitas, Agus Wibowo dengan Agro Lestari Merbabu berhasil menyabet penghargaan sebagai pemenang kedua Bidang Usaha Industri, Perdagangan, dan Jasa Kategori Mahasiswa pada Wirausaha Muda Mandiri 2018.