JAKARTA, KOMPAS – Tanggul pada saluran penghubung di Kali Pulo, Kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan kembali jebol untuk kesekian kalinya. Normalisasi kali secara menyeluruh mendesak untuk dilakukan agar tanggul tidak kembali jebol dan banjir di kawasan itu tidak terus terulang.
Tanggul swadaya warga RT 004 RW 006 Kelurahan Jatipadang, Jakarta Selatan jebol pada Minggu (13/1/2019) sekitar pukul 18.00. Dampaknya, genangan air setinggi 60 cm membanjiri wilayah tersebut dan baru surut sekitar pukul 23.00.
Sebanyak 30 keluarga di RT 004 terendam banjir akibat peristiwa tanggul yang jebol ini. Selain di RT 004, banjir juga dialami oleh delapan keluarga di RT 003 dan delapan keluarga di RT 014. Tidak ada korban jiwa akibat jebolnya tanggul.
Pada 20 Desember 2018 lalu, tanggul yang berada di depan permukiman padat RT 014 juga jebol. Sepekan sebelumnya, tanggul semipermanen di RT 003 RW 006 Jatipadang juga jebol. Tanggul ini pernah jebol beberapa kali.
Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali berpendapat, penanganan saluran penghubung di Kali Pulo, Jakarta Selatan perlu lebih komprehensif.
“Harus ada normalisasi untuk jangka panjang. Namun, untuk jangka pendek bisa dilakukan dengan membuat tanggul permanen dan penguatan turap dulu,” kata Marullah, saat ditemui di lokasi terdampak banjir, di Gang Anur RT 004 RW 006, Jatipadang, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).
Syamsuri, Ketua RT 004 RW 6 Kelurahan Jatipadang mengatakan, usulan warga tentang normalisasi di bantaran Kali Pulo, termasuk di wilayahnya, sudah pernah disampaikan. Namun, belum ada realisasinya hingga saat ini.
“Genangan ini muncul karena adanya penyempitan dan pendangkalan kali. Pada masa depan, memang harus ada normalisasi. Kalau tidak, ya, air pasti meluap dan terus terjadi genangan,” katanya.
Syamsuri menambahkan, lebar Kali Pulo seharusnya 5 meter. Namun saat ini, lebar kali ini hanya empat meter. Bahkan, ada yang hanya selebar satu meter. Di wilayahnya, badan kali hanya selebar dua meter. Padahal, dalam jarak sekitar 500 meter dari lokasi itu, lebar kali sekitar empat meter. “Penyempitan memang yang jadi masalah,” kata Syamsuri.
Tidak ada normalisasi
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan Holi Susanto menyampaikan, tanggul yang jebol pada Minggu sore kemarin itu merupakan tanggul swadaya masyarakat. Masyarakat yang tinggal di pinggiran kali tersebut dinilai sudah menyalahi aturan dan dipastikan tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).
“Trase kali tersebut selebar 20 meter, tetapi eksisting hanya sekitar 2 meter. Makin ke hilir bottleneck (aliran semakin menyempit). Bagaimana tidak banjir? Tempat air hilang, daerah rawa dibuat menjadi perumahan,” kata Holi.
Namun, kata Holi, belum ada rencana untuk normalisasi dari pemerintah daerah. Saat ini, penanganan saluran penghubung di Kali Pulo akan dilakukan dengan pembuatan turap permanen. Selain RT 004, pembangunan tanggul permanen juga akan dilakukan di RT 011.
“Kalau kita bicara normalisasi, kita bicara anggaran pembebasan lahan, relokasi warga ke rusun, tanah untuk bangun rusunnya juga. Sementara kita lakukan turap permanen dulu. Yang jelas saat jebol segera kita perbaiki, saat retak segera kita perkuat,” kata Holi.